Catatan Kotbah

Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (2 Timotius 3:16)

Wednesday, September 01, 2010

Pengajar Israel

Pengajar Israel


(Renungan Guru Sekolah Minggu)



Ulangan 6:6-9


"Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu."



Tugas mendidik anak adalah sebuah perintah, bukan sebuah pilihan. Kewajiban ini adalah dasar dari kehidupan bangsa Israel. Mereka secara turun-temurun (tradisi), mengajarkan kitab Taurat kepada anak-anak mereka dari generasi sampai generasi. Bangsa Israel sampai hari ini masih melakukan tradisi tersebut secara hurufiah, mereka menghafalkan kitab Taurat dan tradisi-tradisi sebagai suatu kewajiban, tetapi perintah itu bagi kita yang telah ditebus oleh Kristus, telah menjadi perintah yang bersifat rohani. Perintah itu mewajibkan kita untuk mengajarkan anak-anak didalam kebenaran Firman Tuhan sejak dari kecil, bukan setelah ia tumbuh dewasa.


Tugas mendidik anak bukan hanya tugas ayah dan ibu mereka, tetapi merupakan tugas setiap pelayan-pelayan Kristus (Matius 24:45-46). Kita diutus oleh Tuhan Yesus, bukan hanya untuk mengabarkan berita Injil saja, tetapi juga untuk mengajarkan mereka kebenaran Firman Tuhan (Matius 28:19-20). Ini adalah suatu kewajiban, sekali lagi bukan sebuah pilihan.


Ulangan 6:7, disebutkan ada dua tempat dalam mengajar, yaitu didalam rumah dan diluar rumah. Dirumah memang itu adalah tugas ayah dan ibunya, sedangkan diluar rumah adalah tugas para pelayan Kritus, tugas para pemimpin dan para gembala. Kita masing-masing mengambil bagian didalamnya. Tidak patut jika kita melihat seorang anak orang beriman yang berbuat dosa atau kesalahan, dan kita diam saja, lantaran bukan anak kita. Perbuatan tersebut adalah kejahatan dihadapan Tuhan.


Yehezkiel 33:6, "Sebaliknya penjaga, yang melihat pedang itu datang, tetapi tidak meniup sangkakala dan bangsanya tidak mendapat peringatan, sehingga sesudah pedang itu datang, seorang dari antara mereka dihabiskan, orang itu dihabiskan dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari penjaga itu."


Demikian juga dengan Yakobus 4:17, disebutkan jika kita tahu berbuat baik tetapi diam saja, maka itu adalah dosa, apalagi itu menjadi tugas kita, pengajar Israel. Betapa jahatnya kita dihadapan Allah. Amsal 16:30, mengatakan "..., siapa mengatupkan bibirnya, sudah melakukan kejahatan."


Jangan kita berdiam diri, membiarkan anak-anak kecil berbuat kesalahan dan jauh dari kebenaran. Didiklah mereka didalam kebenaran Firman Tuhan. Didiklah dengan hati seorang hamba yang diperkenan oleh Allah, bukan seperti hamba yang jahat yang melakukan tugasnya ala kadarnya (Yeremia 48:10) dan yang melayani tidak dengan hati yang penuh kasih.


1 Petrus 4:8, "Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa."


Menutupi itu bukan artinya menyembunyikan dosa (menutup-nutupi), tetapi karena kasih, maka banyak kesalahan dan dosa dapat dihindarkan dan dipulihkan lewat pengajaran, pembimbingan dan tuntunan kepada jalan kebenaran (Amsal 24:11). Karena kasih 1 Tesalonika 2:7-8, menuliskan bukan hanya kita membagikan injil Kerajaan Allah, tetapi juga hidup kita bagi mereka.


Didalam Ulangan 6:7, bukan hanya menuliskan tentang tempat, tetapi juga tentang waktu. Disebutkan bahwa kita mengajar mereka dari tidur sampai bangun (bangsa Israel menghitung waktu bukan dimulai pada pagi hari, tetapi dimulai pada malam hari, saat matahari terbenam sebagai awal dan akhir sebuah hari). Kita sebagai pengajar Israel, mendidik anak bukan hanya pada hari-hari tertentu saja, bukan pada jam-jam tertentu saja, tetapi tugas dan tanggung jawab itu tidak mengenal batasan waktu dan hari. Tidak hanya hari minggu saat anak-anak datang ke Sekolah Minggu, tetapi setiap hari adalah waktu yang baik untuk mendidik mereka didalam kebenaran Firman Tuhan.


2 Timotius 4:2, "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran."


Disetiap kesempatan gunakanlah waktu yang ada untuk mendidik anak-anak didalam kebenaran, entah waktu yang baik, kondisi yang baik atau tidak, dalam segala saat, kita wajib mengajarkan kebenaran Firman Tuhan. Jangan batasi dengan waktu-waktu tertentu, sebab hidup kita sesungguhnya seluruhnya adalah milik Kristus (1 Korintus 6:19-20), sudah sepantasnya kita siap sedia setiap waktu untuk mendidik anak-anak didalam kebenaran.


Sanggupkah kita memberi hidup kita kepada mereka? Jika kita melayani Kristus, melayani Tuhan, maka sesungguhnya yang kita layani adalah mereka (Matius 25:44, 1 Yohanes 4:20-21).


Amsal 22:6, "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu."


Dalam King James Version, dituliskan "Train up a child in the way he should go: and when he is old, he will not depart from it." Kata "child" dalam bahasa Inggris atau "orang muda" dalam bahasa Indonesia, ditulis dalam bahasa Ibrani "ren na'ar" (baca: nah'-ar) yang merupakan sebutan bagi balita sampai remaja. Sehingga kita tahu, bahwa jika kita mengajarkan Firman Tuhan kepada anak-anak sejak kecil, maka sampai masa tuapun mereka akan tetap dipeliharanya.


Masa kanak-kanak, adalah masa pembentukan. Masa dimana manusia mengawali pertumbuhan karakternya. Secara biologis, masa kanak-kanak merupakan masa dimana sel-sel bertumbuh dengan cepat sebelum mereka tidak lagi bertumbuh. Pada masa inilah iman, kasih dan pengharapan dibentuk dan diolah. Seperti tukang periuk, ia membentuk sebuah periuk bukan pada saat telah mengeras, tetapi pada saat pertama kali tanah lihat dicampurkan air. Entah menjadi apa, semua tergantung pengolahan pada saat masih basah untuk dibentuk sesuai si pembuat.


2 Timotius 3:15, "Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus."


Timotius adalah sebuah contoh yang baik yang ditulis dalam Alkitab, seorang yang sejak kecilnya menerima pengajaran Firman Tuhan, sehingga saat dewasa, telah terbentuk iman yang menciptakan karakter Kristus dalam dirinya (2 Timotius 1:5). Sedangkan tokoh sebaliknya yang menjadi pelajaran bagi kita (Roma 15:4) adalah Hofni dan Pinehas, yang sejak kecil mereka tidak pernah didik dengan baik oleh imam Eli (1 Samuel 3:13). Tidak pernah diajarkan dengan tegas kebenaran Firman Tuhan, hanya ditegur sapa saja saat berbuat salah (1 Samuel 2:22-25).


Mendidik anak didalam kebenaran Firman Tuhan, tidak cukup hanya dengan ditegur sapa saja. Ulangan 6:6 disebutkan kata "berulang-ulang" bukan hanya sekali, tetapi setiap kali dan setiap ada kesempatan. Harus dilakukan dengan serius, jika kita tidak ingin ditegur seperti imam Eli.


Memang baik, jika kita terus menerus berbicara, menegur mereka, sampai kadang dibilang "cerewet" tetapi semua itu menjadi tidak berarti (kata-kata kita) jika kita sendiri tidak melakukan apa yang kita ajarkan kepada mereka.


Matius 23:3-4, "Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya."


Didalam Ulangan 6:8, disebutkan bahwa Firman Tuhan itu haruslah diikatkan menjadi tanda ditangan dan lambang di dahi, bukan tangan dan dahi anak-anak tetapi pada para pengajar Israel. Tanda ditangan adalah perbuatan yang lahir dari Firman Tuhan dan lambang di dahi adalah pikiran yang lahir dari Firman Tuhan. Pikiran dan perbuatan kita harus dikuduskan dan agar selalu sesuai dengan Firman Tuhan, sesuai dengan apa yang kita ajarkan kepada anak-anak. Inilah hukum Allah, bukan hanya pandai berkata-kata dan pandai menasihati tetapi juga melakukan apa yang diperintahkan dan apa yang kita ajarkan.


1 Petrus 5:3, "Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu."


Karena tuntutan inilah maka setiap pelayan Kristus, wajib untuk hidup seperti Kristus, meninggalkan beban yang begitu merintangi jalan kita, sehingga kita dapat menjadi pengajar Israel yang berkenan kepada Allah. Marilah kita mengajar anak-anak kita dengan teladan, bukan hanya dengan perkataan. Biarlah kebenaran Firman Tuhan memenuhi seluruh pikiran kita dan setiap perbuatan kita mencerminkan kebenaran FirmanNya.


Namun demikian tidak cukup kita hanya menjadi teladan. Ulangan 6:9, jelas menyatakan bahwa haruslah kita juga menuliskannya dipintu rumah. Teladan yang kita berikan kepada anak-anak di Sekolah Minggu, harus juga merupakan teladan bagi seisi rumah. Bagi seluruh orang didalam rumah, baik itu anggota keluarga, pembantu rumah tangga, kerabat ataupun tetangga. Kita bukannya orang-orang munafik yang ingin mengejar gelar dan pengakuan rohani di gereja atau Sekolah Minggu, tetapi kita masing-masing membawa beban langsung dari Kristus untuk mendidik anak-anak didalam kebenaran Firman Tuhan.


Didalam rumah, sudahkah kita menjadi teladan? Sudahkan pengajaran itu keluar dari perbuatan dan perkataan kita saat kita berada didalam rumah? Kisah 16:31 menulis "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu." bukan terjadi secara pasif, saat satu orang percaya dan otomatis seluruh rumah selamat, tetapi lewat satu orang yang beriman inilah terang itu terpancar dan lewat teladan hidupnya, semua orang dalam rumah menerima keselamatan. Teladan itu dimulai dari dalam rumah, bukan dimulai dari Sekolah Minggu atau gereja.


Ulangan 6:9, juga menyebutkan bahwa Firman Tuhan juga harus tertulis dipintu gerbang. Bukan hanya didalam rumah, tetapi juga diluar rumah, dilingkungan pekerjaan, di sekolah, di pasar dan dimana saja tempat berkumpulnya banyak orang yang tidak mengenal kita maupun yang mengenal kita. Ibrani 12:1, menuliskan "Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.".


Hidup kita terbuka, disaksikan oleh banyak orang diluar, dipekerjaan dimana saja, kita harus menjadi teladan dan terang bagi mereka sehingga kita dapat mengajar anak-anak didalam kebenaran sesuai dengan Firman Tuhan.


Marilah, para pengajar Isael, mari kita mengajarkan anak-anak didalam kebenaran Firman Tuhan. Mengajarkan dengan hati penuh kasih dan rela memberikan hidup kita kepadanya agar mereka yang masih muda ini dapat bertumbuh kepada kesempurnaan. Itu adalah perintah, bukan pilihan.


Amin.

Perjanjian Yang Diperbaharui


Diambilnyalah kitab perjanjian itu, lalu dibacakannya dengan didengar oleh bangsa itu dan mereka berkata: "Segala firman TUHAN akan kami lakukan dan akan kami dengarkan." Kemudian Musa mengambil darah itu dan menyiramkannya pada bangsa itu serta berkata: "Inilah darah perjanjian yang diadakan TUHAN dengan kamu, berdasarkan segala firman ini."

Keluaran 24:7-8



Perjanjian tersebut disebut perjanjian antara Yahweh dan Israel di gunung Horeb/Sinai (Keluaran 19-31), selanjutnya Allah melengkapi dengan tatacara dan aturan ibadah setelah kemah suci didirikan sebagai detil dari perjanjian tersebut, yang meliputi korban bakaran, korban sajian, korban penghapus dosa, korban penebus salah, persembahan pentasbisan dan korban keselamatan (Immamat 7:37-38). Kemudian bangsa Israel menyebutnya sebagai hukum Taurat (Ulangan 4:44) dan pada masa kini kata Taurat mengacu kepada 5 kitab yang ditulis oleh Musa (Kejadian, Keluaran, Immamat, Bilangan dan Ulangan).


Demikian perjanjian yang dibacakan dan didengar untuk dilakukan dan bertindak hati-hati sesuai dengan apa yang tertulis didalamnya adalah hukum Taurat, perjanjian antara Yahweh dangan bangsa Israel.


Jauh sebelumnya, nenek moyangnya, Abraham telah menerima perjanjian Allah bahwa keturunannya yang akan menjadi umat Allah dan Yahweh menjadi Allah mereka untuk selamanya (Kejadian 17:7) dan juga Allah menjanjikan negeri Kanaan (disebut juga Palestina oleh bangsa Romawi sampai hari ini) sebagai tanah tempat mereka tinggal yang dikenal dengan sebutan Tanah Perjanjian (Kejadian 17:8).


Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu. (Kejadian 17:7)


Perjanjian Allah di gunung Herob/Sinai tersebut merupakan kelanjutan dari perjanjian Allah kepada Abraham, yaitu perjanjianNya terhadap keturunannya. Perjanjian Allah itu mengikat dan bersifat kekal, perjanjianNya dengan Abraham dan perjanjianNya dengan bangsa Israel tidak pernah dilupakanNya bahkan sampai hari ini (Yesaya 54:10, Matius 5:18).


Disetiap perjanjian terdapat hak dan kewajiban dikedua belah pihak. Yahweh dan Israel, sama seperti perjanjianNya dengan Abraham (Kejadian 17:4,9). Dipihak Allah, telah tertulis dalam Kejadian 17:4-8 dan dipihak Abraham dan keturunannya tertulis dalam Kejadian 17:9-11, yang melahirkan hukum sunat.


Saat mengadakan perjanjian dengan bangsa Israel, perjanjian tersebut juga memiliki bagian bagi kedua sisi. Di pihak Israel, mereka diharuskan hidup sesuai dengan hukum yang telah dibacakan kepada mereka lewat perantara Musa, yaitu hukum Taurat. Dipihak Allah, mereka akan menjadi harta kesayangan dan dijadikan Kerajaan Imam dan bangsa yang kudus milik Allah.


"Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel." (Keluaran 19:5-6)


Didalam kitab Ulangan 29:1,10-15 disebutkan bahwa Musa mengadakan perjanjian kembali kepada umat Israel, sesuai dengan Perjanjian yang diterima mereka di gunung Herob/Sinai dengan memperluas jangkauan perjanjian. Didalam ayat 14 dan 15, ditambahkan tentang perjanjian tersebut mengikat bukan hanya kepada mereka yang hadir ditengah upacara tersebut, tetapi mengikat kepada semua orang Israel dimanapun mereka berada. Bahkan ayat 11-12, juga termasuk anak-anak, perempuan dan orang asing diluar bangsa Israel yang berada ditengah-tengah mereka, terikat pula dengan perjanjian tersebut.


Mereka yang melanggar perjanjian, Allah telah menetapkan pula didalam perjanjianNya tentang hukum bagi mereka yang berbuat jahat, berkianat terhadap perjanjian tersebut. Secara garis besar hukumnya adalah kutuk (Ulangan 28:15-46) dan maut. Segala dosanya akan ditanggungkan tujuh kali lipat (Imamat 26:15-39).


Namun demikian didalam hukum perjanjian tersebut, Allah juga memberikan jalan pengampuan lewat hukum korban tebusan salah dan korban penghapusan dosa. Dimana semua dilakukan dengan mengorbankan binatang sebagai tebusannya.


"Sebagai korban penebus salahnya haruslah ia mempersembahkan kepada TUHAN seekor domba jantan yang tidak bercela dari kambing domba, yang sudah dinilai, menjadi korban penebus salah, dengan menyerahkannya kepada imam. Imam harus mengadakan pendamaian bagi orang itu di hadapan TUHAN, sehingga ia menerima pengampunan atas perkara apapun yang diperbuatnya sehingga ia bersalah." (Immamat 6:6-7)


Demikian jadinya, berulang-ulang bangsa Israel berbuat salah dan memohon pengampuanan. Berbuat salah dihajar oleh Allah, semakin keras saat tetap tidak bertobat, saat kemudian bertobat, dan Allah mengampuni, memberikan kelepasan dan berkat-berkatnya kembali kemudian tidak lama bangsa Israel berbuat dosa kembali dan kembali lagi Allah menghukumnya.


Sesuatu yang jelas bahwa Ulangan 27:26, berkata (KJV), "Cursed be he that confirmeth not all the words of this law to do them. And all the people shall say, Amen" Sehingga setiap orang Israel harus mentaati seluruhnya, kesalahan terhadap satu bagian menjadikannya bersalah terhadap keseluruhan (Yakobus 2:10). Memang ada banyak yang hidup tanpa kesalahan dalam mentaati hukum Taurat, salah satunya rasul Paulus.


Walau demikian rasul Paulus mengatakan dalam Roma 3:20, "Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa." Rasul Paulus adalah seorang Farisi (Filipi 3:5), yang hidup memegang hukum Taurat dengan keras (Kisah 26:5) dididik dibawah pengajaran Gamaliel (Kisah 22:3), seorang ahli Taurat yang sangat dihormati seluruh Mahkama Agama dan orang Israel (Kisah 5:34). Kehidupannya tidak diragukan lagi dalam menjalankan hukum Taurat (Filipi 3:6), namun ia tahu karena adanya hukum Taurat, maka dosa akan semakin bertambah-tambah (Roma 5:20). Sehingga mudah sekali manusia jatuh dalam dosa dan semakin berat dan berat sampai kepada kenyataan bahwa upacara penghapusan dosa tidak membawa keselamatan dan pembenaran. Darah binatang tidak dapat menebus dan menghapus dosa manusia. Ibrani 10:14, "Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa."


Hal itu terlihat jelas dari kehidupan dan sejarah bangsa Israel, bahwa tidak ada seorangpun dapat mentaati seluruh hukum Taurat. Sebab Hukum Taurat adalah perintah yang datang dari luar tubuh untuk ditaati, dan karenanya maka tubuh ini harus ditaklukan agar dapat taat (Roma 7:21-24). Sebenarnya Allah telah menetapkan hukum sunat, sebagai pembuka jalan bagi hukum Taurat yang diberikan terlebih dahulu. Dimana dengan hukum sunat yang merupakan sunat hati (Ulangan 30:6), maka hati bangsa Israel dapat lunak dan dapat mentaati hukum perjanjian Allah. Tetapi bangsa Israel terus menurus mengeraskan hati mereka (Ibrani 3:15-19), benar mereka telah bersunat jasmani, tetapi hatinya tidak disunat, sehingga mereka dibinasakan dan ditawan bahkan dibawa ke pembuangan.


Celakalah kita jika demikian? Tentu tidak, sebab sebenarnya Allah telah merencakan sesuatu yang indah dan luar biasa, rahasia yang tersembunyi sejak permulaan dunia, yang tertulis dalam kitab Perjanjian Allah, yang disampaikan oleh para nabi-nabi tentang keselamatan kekal. Dan janji itu telah digenapkan pada jaman ini.


Saat ini kita menyebut seluruh perjanjian Yahweh dengan Israel tersebut dengan sebutan Perjanjian Lama. Kata lama menandakan Perjanjian yang telah diperbaharui oleh Allah (Ibrani 8:13). Hari ini kita bersyukur sebab apa yang dahulu merupakan gambaran, yaitu hukum Taurat, merupakan penenuntun kepada perjanjian Allah yang sempurna, kita sekarang hidup didalam hukum-hukum Perjanjian yang telah diperbaharui.



"Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman TUHAN, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas mereka, demikianlah firman TUHAN. Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka."


(Yeremia 31:31-34)



Perjanjian baru telah diwartakan sejak lampau, bahwa Allah akan menaruh hukum-hukumNya didalam hati kita dan perintah Allah tidak lagi datang dari luar untuk kita taati, tetapi dari dalam memancar keluar didalam perbuatan yang sesuai dengan hukum Taurat. Hukum Allah tidak pernah berubah, hukum Taurat tetap berlaku tetapi tidak lagi secara hurufiah dan diperintahkan dari luar tubuh, tetapi dari dalam, hukum yang bersifat rohani karena dibangkitkan oleh Roh yang dari Allah. Sehingga sejak saat berlakunya hukum Perjanjian Baru, Taurat tidak lagi berlaku secara jasmani, tetapi secara rohani digenapkan didalam Kristus.


Seperti halnya Perjanjian Lama dengan hukum sunat sebagai pengawal perjanjian, maka Perjanjian Baru juga ditandai oleh hukum Roh, dimana Allah akan menaruh RohNya kedalam hati kita, sebagai awal Perjanjian Allah.


Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu. Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya. Dan kamu akan diam di dalam negeri yang telah Kuberikan kepada nenek moyangmu dan kamu akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu. Aku akan melepaskan kamu dari segala dosa kenajisanmu dan Aku akan menumbuhkan gandum serta memperbanyaknya, dan Aku tidak lagi mendatangkan kelaparan atasmu. (Yehezkiel 36:25-29)


Pelayanan Yohanes Pembabtis adalah pembukaan babak dari Perjanjian Baru, perjanjian Allah yang telah diwartakan ratusan bahkan ribuan tahun lalu. Ia datang mengenalkan ibadah babtisan air sebagai tanda permulaan Perjanjian Baru, yang disebutkan oleh rasul Petrus sebagai permohonan hati nurani yang baik dari Allah (1 Petrus 3:21). Selanjutnya seperti yang dikatakan rasul Paulus dalam II Korintus 5:17, bahwa setiap orang beriman akan menerima hati dan roh yang baru sebagai kelahiran kembali yang dikatakan oleh Yesus kepada Nikodemus (Yohanes 3:3).


Setelah kita diperbaharui dalam roh dan pikiran sebagai manusia baru dimana Roh Allah dicurahkan didalam hati kita, sehingga kita memiliki kekuatan untuk mentaati hukum Taurat. Kita memiliki kekuatan untuk menaklukan keinginan daging ini dengan bantuan Roh Allah (Roma 8:13). Hukum Allah datang dari dalam bukan lagi dari luar seperti perintah harus ini dan itu, tetapi dari dalam hati kita kita akan tahu apakah harus ini atau itu sesuai dengan kehendak Allah.


Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu-dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta-dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia. (1 Yohanes 2:27)


Ayat tersebut diatas bukan berarti kita tidak perlu lagi belajar Firman Tuhan, juga tidak berarti kita tidak lagi perlu saling menasihati dan menguatkan, tetapi ayat tersebut menjelaskan bahwa Roh Allah yang juga sering disebut Pengurapan akan mengajarkan kepada kita segala sesuatu kepada kita. Yohanes 14:26 "tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu."


Ingat, bahwa didalam Perjanjian Baru, hukum Taurat tetap ada dan malahan hukum Taurat tersebut ditaruh didalam hati kita untuk kita taati (bukan secara harafiah), kerena itu perlu kita belajar dan mengerti lebih dalam Firman Tuhan, sehingga seperti yang dikatakan Yohanes 14:26 diatas, Roh Kudus akan mengingatkan kita akan semua kebenaran yang telah kita pelajari. Sedangkan yang dimaksudkan tidak perlu kita diajar oleh orang lain, adalah tentang peraturan manusia dan ibadah cara hafalan (Yesaya 29:11-14). Merekalah yang rasul Yohanes sebut, orang lain yang berusaha menambahkan beban kepada kebebasan kita didalam Kristus.


Hukum Taurat yang kita terima didalam hati kita, hukum Perjanjian Baru adalah hukum yang bersifat rohani, bukan perintah jasmani, sebab yang jasmani itu mematikan dan Roh Allah menghidupkan (2 Korintus 3:16).


Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca perjanjian lama itu tanpa disingkapkan, karena hanya Kristus saja yang dapat menyingkapkannya. Bahkan sampai pada hari ini, setiap kali mereka membaca kitab Musa, ada selubung yang menutupi hati mereka. Tetapi apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari padanya. Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan. (2 Korintus 3:14-17)


Saat selubung tersebut dibuka, saat itulah maka kita melihat bahwa hukum Taurat, kitab-kitab yang ditulis oleh Musa adalah perintah yang bersifat rohani dibangkitkan oleh Roh Allah yang tingga didalam kita, sehingga kita tidak lagi seperti bangsa Israel yang terus menerus berbuat kesalahan dan dosa, tetapi oleh karena pelayanan Perjanjian Baru, maka korban Anak Domba Allah, merupakan penggenapan dari gambaran korban-korban yang disebutkan dalam hukum Taurat tersebut, telah menghapus dosa satu kali untuk selamanya (Ibrani 10:10).


Sejak Perjanjian Baru diberikan kita tahu bahwa Kerajaan Imam dan bangsa yang kudus didalam Perjanjian Lama, adalah berita tentang Kerajaan Allah (Markus 1:15), dan juga bahwa Tanah Perjanjian bukanlah sebidang tanah di Timur Tengah, melainkan Surga yang mulya tempat kita akan tinggal untuk selamanya (Yohanes 14:2-3). Apa yang jasmani telah disingkapkan, sehingga kita mengenal kebenaran yang bukan terdiri dari upacara, binatang korban, pakaian, bangunan dan segala sesuatu yang ritual jasmani, tetapi merupakan perkara kekal didalam roh yang kekal.


Perjanjian tersebut mengikat semua orang yang menerima percikan darah, demikian juga kita yang menerima percikan darah Kristus, lewat persekutuan dengan tubuh dan darahNya.


Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka, dan mereka semuanya minum dari cawan itu. Dan Ia berkata kepada mereka: "Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang. (Lukas 14;23-24)


Sama seperti Perjanjian Lama disahkan dengan darah, maka Perjanjian Baru juga disahkan dengan darah Kristus. Mulai saat itu, hukum kasih karunia diberitakan. Keselamatan dan pengampunan diterima dengan iman kepada Yesus sebagai Tuhan dan Kristus, sama seperti pada masa Perjanjian Lama, didalam hukum Taurat, tangan pendosa diletakan diatas domba atau binatang sembelihan untuk ditanggung oleh binatang tersebut sebelum dipersembahkan sebagai korban penghapusan dosa (Imamamat 4:29) demikian juga saat ini, kita meletakan iman percaya kita kepada Anak Domba Allah.


Hukum yang ada didalam Perjanjian Baru, apa yang ditulis oleh para rasul dan apa yang diajarkan oleh mereka bukanlah hal baru, atau hukum baru, tetapi semua adalah hukum Perjanjian Lama yang telah disingkapkan, merupakan kesempurnaan janji Allah. Mereka menggunakan kitab Perjanjian Lama yang terdiri dari 39 kitab untuk menjabarkan berita Injil dan hukum Kasih Karunia sesuai Perjanjian Baru Allah. Sebab hukum Allah tidak pernah berubah dan FirmanNya tetap untuk selama-lamanya.


Rahasia besar dibukakan saat kebenaran dinyatakan bahwa bukan hanya bangsa Israel yang dirindukan Allah, yang disebut anak Allah, tetapi Allah menghendaki semua orang bertobat dan memperoleh keselamatan yang daripadaNya (Yesaya 49:6).


Tetapi kelak, jumlah orang Israel akan seperti pasir laut, yang tidak dapat ditakar dan tidak dapat dihitung. Dan di tempat di mana dikatakan kepada mereka: "Kamu ini bukanlah umat-Ku," akan dikatakan kepada mereka: "Anak-anak Allah yang hidup." (Hosea 1:10)


Hari ini lewat iman maka banyak orang telah menjadi anak-anak Allah (Yohanes 1:12, 1 Yohanes 3:2) dan mereka menjadi umat Allah dan Yahweh menjadi Allah mereka. Anak-anak Abraham bukan lagi anak secara jasmani tetapi secara rohani yang didasari atas iman Abraham.


Perjanjian Baru telah membuka pintu keselamatan bagi seluruh bangsa-bangsa didunia ini lewat bangsa Israel (Zakaria 8:22-23).


Amin

Bapa Yang Baik

"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." Matius 7:7-11


Didunia ini, ada ayah yang tidak peduli dengan anaknya, ada yang malah melukai, menjual atau atau bahkan membunuh anaknya sendiri, tetapi itu satu atau dua kasus dari jutaan bahkan puluhan juta ayah. Secara umum, semua ayah sangat mencintai anaknya.


Ayah memang cenderung tidak banyak bicara seperti wanita, atau ibunya, tetapi perhatian dan pikirannya dicurahkan untuk anak. Mereka membanting tulang, dari pagi sampai malam untuk memberikan apa yang layak dan terbaik untuk anak-anaknya.


Bahkan seorang penjahat, terhadap anaknya sendiri, ia lebih perhatian dan peduli. Walau masyarakat mengenalnya jahat, terhadap anaknya ia baik dan bahkan anaknya menganggap ayahnya sebagai pahlawannya. Apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh anak, sang Ayah akan selalu berusaha memenuhi bahkan walau tidak mampupun sang Ayah akan berusaha untuk anak-anak tercintanya.


Didalam ayat Firman Tuhan diatas, Yesus mengatakan bahwa Ayah didunia ini walau jahat sekalipun memeberikan roti kepada anaknya yang meminta roti, apalagi Bapa di Surga, yang jauh lebih sempurna dari semua bapa didunia.


Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti?


Roti adalah makanan utama bangsa Israel, seperti nasi di Indonesia. Sering kali kita mengdengar istilah "bekerja untuk sesuap nasi" dimasyarakat yang kita tahu maksudnya adalah bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Demikian juga roti, disebutkan dalam kitab suci, merupakan gambaran akan kebutuhan hidup kita. Seperti sandang, pangan dan papan.


Sebagai orang beriman, kita percaya kita adalah anak-anak Allah (Galatia 3:26) dan kerena itu kita berdoa kepada Bapa di Surga meminta kebutuhan hidup kita (Mazmur 55:23, Filipi 4:19) . Tidak banyak diantara kita berdoa memohon kepada Bapa sambil bercucuran air mata dan mungkin juga dengan doa puasa.


Sering kali juga sebagai anak-anak Allah, kita merasa, kok Bapa memberikan "batu" saat kita meminta "roti" kepadaNya? Saat kita membutuhkan sesuatu, mengharapkan pertolonganNya atas persoalan atau mengharapkan berkat dan kesembuhan dari Bapa, yang kita lihat dihadapan kita malah sesuatu yang lebih berat, melihat kepahitan bahkan kematian. Seperti menerima batu bukan roti.


Pada saat itu, Iblis akan memanahkan panah beracunnya, kita mencobai Allah dengan tuntutan bahkan disertai ancaman-ancaman. Kita tanpa sadar mulai berkata-kata seperti Iblis. "Lalu berkatalah Iblis kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti." Lukas 4:3. Kita mulai menuntut seperti apa yang kita mau, dan tidak lagi mau mendengarkan apa yang Bapa mau. Banyak diantara kita mengancam Allah, "Jika aku tidak mendapatkan... aku tidak akan ke gereja lagi" atau "Jika dalam bulan ini tidak ada jawaban... aku tidak akan menyebut Tuhan lagi" dan banyak kata-kata jahat dari Iblis yang kita lontarkan.


Jangan meminta "batu menjadi roti" sebab Bapa di Surga tidak pernah memberikan batu. Ia memberikan roti kepada anak-anakNya. Allah Bapa memberikan apa yang kita butuhkan, memberikan segala yang terbaik untuk kita. Iblis mengatakan itu "batu" tetapi kita harus dapat melihat bahwa Bapa yang mengasihi kita telah menyediakan roti yang nikmat untuk kita.


"..., karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal." II Korintus 4:18


Bapa di Surga, memikirkan apa yang terbaik, seperti bapa di dunia mengasihi anaknya, ia memberikan sesuatu yang berguna bagi masa depan kita. Sering kali anak dipukul, sering kali diwajibkan belajar, mengerjakan tugas sekolah sambil ditunggui dengan rotan, kadang anak dipaksa untuk meminum cairan yang pahit agar ia sembuh dari sakitnya, saat kita kecil kita merasa ayah melakukan hal yang jahat, yang iblis katakan itu "batu". Tetapi saat kita dewasa kita tahu, semua itu untuk kebaikan kita, untuk masa-masa kedepan yang kita saat itu tidak dapat lihat. Demikian Bapa di Surga, sering kali berbuat lebih dari itu, Ia tidak ingin kita binasa di neraka dan dihukum bersama-sama orang berdosa dan antikristus. Karena itu roti yang diberi terkadang terasa tidak enak bagi daging, tetapi itu sehat dan bermanfaat untuk kesehatan kita.


Mungkin kita ingat ayat yang sering kita baca berikut ini, "Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." Matius 6:32-33. Segala kebutuhan jasmani, segala perkara didunia ini yang fana, Allah Bapa di Surga tahu kita memerlukannya dan dengan senang hati akan diberikannya kepada kita, tetapi lebih dari itu, Allah Bapa di Surga, mengutamakan perkara kekal.


Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri? Lukas 9:25


Karena itulah maka sering kali kita tidak melihat roti yang kita minta seperti roti yang kita harapkan, sebab roti yang kita butuhkan diberikan oleh Bapa untuk perkara didunia dan juga untuk kekal, bukan hanya untuk dunia ini saja.


Belajarlah untuk mulai melihat bahwa Bapa di Surga selalu memberikan roti kepada anak-anakNya, Ia tidak pernah memberi batu, sebab memang demikian yang dijanjikanNya.


atau memberi ular, jika ia meminta ikan?


Di Indonesia terdapat berbagai macam jenis ular, paling banyak habitatnya diantaranya adalah ular yang tidak berbisa, seperti ular pohon, ular sawah dan banyak lainnya lagi. Tetapi di Israel dan sekitarnya, ular disana kebanyakan adalah ular-ular yang beracun, mengandung bisa yang mematikan. Setidaknya ada 40 jenis ular yang hidup di Israel, separuh lebih diantaranya ular beracun.


Saat kita meminta ikan kepada Bapa di Surga, ia tidak akan memberikan ular yang dapat menyemburkan bisa mematikan. Banyak orang saat menginginkan sesuatu, saat berharap menerima "ikan" yang baik, malah menghadapi perkara yang lebih buruk lagi dan bahkan seakan membawa kita terpaksa berbuat dosa dan kejahatan. Membuat kita terhimpit dan tidak ada jalan keluar, sepertinya Bapa memberikan ular yang berbisa kepada kita.


Allah tidak pernah membawa kita kepada keadaan yang membuat kita berdosa, yang menghimpit kita seakan kita terpaksa harus berbuat dosa dan kejahatan. Ingat apa yang ditulis dalam kitab Yakobus.


Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!" Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun. Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut. Yakobus 1:13-15


Allah tidak pernah membawa seseorang kepada keadaan dimana ia terjatuh dalam dosa. Bahkan dalam kesukaran yang terberat sekalipun, Bapa selalu memberikan jalan keluar bagi anak-anakNya tetapi sering kali mereka mengabaikannya dan memilih jalannya sendiri, yaitu jalan keluar yang lahir dari keinginan daging dan hawa nafsunya.


Sering kali seseorang dihadapkan kepada keadaan dimana ia terhimpit misalkan, keuangan, saat kita belajar tentang hidup berpada, berharap dengan iman, disisi lain pikiran dan hati kita melahirkan keinginan daging dan hawa nafsu untuk menjadi lebih kaya dan akhirnya ia terjebak oleh berbagai macam masalah dan berujung kepada perbuatan dosa dan kejahatan. Misalkan ia memilih jalan berhutang kepada rentenir atau meminjam uang di bank untuk sesuatu pekerjaan yang tidak jelas, pada saat kehancuran datang lebih parah, banyak orang menuduh Bapa memberikan ular saat ia meminta ikan. Padahal semuanya jelas, bisa ular itu datang dari hawa nafsu kita, dari dosa dan kejahatan.


Jangan melihat kepada anggur, kalau merah menarik warnanya, dan mengilau dalam cawan, yang mengalir masuk dengan nikmat, tetapi kemudian memagut seperti ular, dan menyemburkan bisa seperti beludak. Amsal 23:31-32.


Disekitar kita, banyak jalan keluar, banyak jalan untuk mencapai harapan dan keinginan kita dengan jalan yang penuh liku dan jauh dari kebenaran. Berapa sering kita melihat peluang yang sebenarnya bukan peluang. Jika kita menempuh jalan yang menarik dan nikmat tersebut, saat berubah menjadi bisa ular, jangan menyalahkan Tuhan dan mengatakan "Tuhan memberiku ular berbisa"


Ingat, Bapa selalu memberikan yang terbaik, ia memberikan ikan kepada kita tetapi lebih dari itu, Bapa menghendaki kita memikirkan perkara yang kekal, perkara yang diatas bukan hanya perkara fana. Selama nafsu rakus ini menjalar hidup kita, maka kita akan menuntut ikan seperti yang kita mau, bukan ikan yang terbaik yang Bapa sediakan.


Ikan dan daging, adalah pelengkap dari lauk-pauk pada masa itu. Didalam kehidupan saat ini, ikan dan daging yang ditulis adalah sesuatu yang mungkin dapat digambarkan sebagai keinginan atau biasa kita sebut kebutuhan sekunder (walau menurut ilmu kesehatan modern, ikan dan daging itu adalah kebutuhan gizi dan nutrisi harian yang kita kenal dengan istilah empat sehat lima sempurna).


Sebagai anak, jika kita menginginkan sesuatu tentu kita meminta kepada ayah kita bukan kepada tetangga atau orang asing. Demikian juga dengan kebutuhan sekunder dan keinginan-keinginan kita meminta juga kepada Allah Bapa di Surga. Janji Bapa bahwa Ia juga akan memberikan ikan saat kita meminta ikan. Tetapi bukan ikan yang membawa kita berdosa dan lebih dekat kepada dunia.


Seperti yang terjadi pada bangsa Israel di padang gurun, Bapa telah memberikan Manna, roti dari Surga, tetapi mereka menuntut ikan yang dari Mesir. Orang-orang bajingan yang ada di antara mereka kemasukan nafsu rakus; dan orang Israelpun menangislah pula serta berkata: "Siapakah yang akan memberi kita makan daging? Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih. Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apapun, kecuali manna ini saja yang kita lihat." Bilangan 11:4-6.


Jangan menuntut ikan sesuai dengan keinginan kita, belajarlah percaya kepada Bapa, sebab ia yang memelihara hidup kita. Ia yang menjamin makan dan hari-hari kita penuh sukacita dan damai sejahtera. Bapa sayang kepada anak-anakNya, Bapa yang baik memberikan yang terbaik untuk kekal bukan memuaskan nafsu didunia ini dan merusak sesuatu yang kekal yang jauh lebih berharga.


Saat 5000 orang laki-laki kelaparan, Bapa memberikan mereka makan roti dan ikan sampai puas dan bukannya memberi batu dan ular. Hanya dari 5 roti dan 2 ikan, bukan hanya 5000 orang laki-laki makan sampai puas tetapi juga anak-anak dan wanita serta masih sisa 12 bakul (Matius 14:14-21). Sering kali saat kita meminta roti dan ikan, kita menerima roti dan ikan dari Bapa, tetapi mata jasmani merasa roti dan ikan tersebut kurang. Saat itu dapatkah kita percaya Bapa memenuhi segenap kebutuhan dan bahkan memperhatikan keinginan kita? "Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu." Amsal 3:5-6.


Jika kita percaya (Markus 9:23), maka saat itulah mujizat akan kita lihat, saat itu kita melihat kuasaNya bekerja dalam hidup kita dan kita melihat Allah Bapa memelihara kita dengan tanganNya yang perkasa. Didalam kelemahan kita, ada kuasa yang besar dari Allah yang bekerja lewat iman dan pengharapan (II Korintus 12:9-10).


"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan."


Inilah janji Bapa di Surga kepada anak-anakNya. Bapa menghendaki anak-anakNya tidak malu untuk meminta kepadaNya. "Dan pada hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepada-Ku. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku. Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu." Yohanes 16:23-24.


Jangan berhenti berdoa, dan jangan malu atau segan berdoa memohon kepada Allah Bapa di Surga, sebab didalam nama Tuhan Yesus Kristus, apa yang kita minta akan diberikan kepada kita. Tentu permintaan yang bukan lahir dari hawa nafsu kita, tetapi permintaan anak-anakNya yang memandang kepada perkara-perkara diatas (1 Yohanes 5:14).


Jangan juga berhenti mencari, karena apa yang kita cari akan kita temukan. Mencari adalah kata kerja yang aktif bukan pasif. Dimana kita harus berusaha tanpa putus asa. Sering kali kita hanya berusaha sebentar saja dan telah berhenti. Firman Tuhan katakan carilah dan carilah sampai kita menemukan, sebab pasti kita akan menemukannya dengan iman atas janji Bapa kepada kita.


Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu. Ibrani 10:36


Jangan berhenti mengetuk, sebab pintu pasti akan dibukakan. Mengetuk pintu sampai dibukakan adalah tentang berharap. Jangan berhenti berharap, sebab pengharapan kita nyata karena janji Allah tidak pernah berubah didalam nama Tuhan kita Yesus Kristus. Didalam segala hal kita harus memiliki pengharapan kepada Allah Bapa sampai segala sesuatunya digenapkan didalam hidup kita. "Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya." 1 Korintus 9:10


Ingatlah bahwa Bapa tidak pernah berdusta. Semua janji dari Bapa yang baik itu diberikan kepada kita, agar kita anak-anakNya dapat hidup berbahagia didunia ini, hidup damai dan sejahtera didalam namaNya yang agung dan besar.


Amin.

TUHAN sedang merenda

Markus 1:16-20


Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus meneruskan perjalanan-Nya sedikit lagi, dilihat-Nya Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes, saudaranya, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus segera memanggil mereka dan mereka meninggalkan ayahnya, Zebedeus, di dalam perahu bersama orang-orang upahannya lalu mengikuti Dia.


Petrus adalah seorang nelayan, pekerjaan sehari-harinya adalah menangkap ikan di danau Galilea. Danau Galilea adalah danau terbesar di Israel, dengan luas 166 kilometer persegi, panjangnya 21km dan lebarnya 13km, yang penuh dengan berbagai macam ikan. Selain Petrus, saudaranya Adreas dan juga teman-temannya Yakobus dan Yohanes juga adalah nelayan di danau Galilea.


Pada saat Tuhan Yesus memanggil mereka, mengajaknya ikut dan menjadikan mereka penjala manusia, mereka meninggalkan pekerjaannya dan segala sesuatunya untuk mengikut Kristus.


MENJADI NELAYAN KEMBALI


Namun demikan ada sesuatu yang menarik saat kita membaca didalam Yohanes 21:3, dikatakan, "Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa." Mereka kembali menjadi nelayan (setelah Tuhan Yesus mati dikayu salib).


Petrus adalah seorang tokoh penting yang ditulis dalam Perjanjian Baru, ia memiliki jiwa pemimpin, berani dan sangat mengasihi Yesus. Didalam banyak hal, Yesus selalu mengajak Petrus (juga terkadang Yohanes dan Yakobus), sementara murid yang lainnya menunggu disuatu tempat. Petrus selalu tampil didepan sebagai pemimpin. Ia pernah berkata, "Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak." (Markus 14:29). Tetapi yang terjadi adalah bahwa Petrus yang tadinya meninggalkan segala sesuatunya untuk mengikut Yesus, kembali menjadi nelayan di danau Galilea.


Jika kita baca kisahnya, maka kita tahu, banyak guncangan yang diterima Petrus, sehingga ia merasakan putus asa, takut dan memutuskan untuk menjadi orang biasa, bekerja sebagai nelayan kembali. Kita semua mengetahui bahwa Petrus adalah satu-satunya rasul Kristus yang menyangkal Kristus didepan banyak orang (Matius 26:69-75). Menyangkal Yesus dihadapan manusia bukan sesuatu yang sederhana, sebab itu adalah dosa yang besar (Matius 10:32-33).


Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu." Dan pada saat itu berkokoklah ayam. Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya: "Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya. (Matius 26-74-75)


Selain itu, ia melihat Yesus, Tuhan dan Mesias yang dicintai dianiaya dan mati digantung diatas kayu salib. Ia merasa kehilangan yang amat sangat. Kematian orang yang kita kasihi tentu membuat hati ini menjadi sangat sedih. Petrus (dan semua murid-muridNya) menaruh harap akan pemulihan Kerajaan Israel secara jasmani (Kisah Rasul 1:6) dan kini ia melihat Mesias yang ia tahu akan jadi Raja menurut nubuat para nabi, mati, bahkan ia tidak sempat mengucapkan kata maaf dan penyesalan atas penyangkalannya kepada Yesus. Pukulan berat inilah yang membuat ia merasa sangat bersalah, kotor, jijik, tidak berguna dan terbuang.


Tidak heran jika kita membaca ayat yang menuliskan Petrus memutuskan kembali menjadi nelayan, meninggalkan semua pengharapan dan janji yang mereka terima saat mengikut Yesus (Lukas 22:23-30, Matius 20:20-21). Sebab pada saat itu mereka tidak tahu atau belum sadar bahwa semua yang dijanjikan Kristus adalah untuk perkara kekal, kerajaanNya adalah kerajaan Ilahi bukan kerajaan dunia (Yohanes 2:22). Harapannya telah hilang bersama matinya Mesias dan dosanya.


Sering kali juga diantara kita, saat kita terjatuh dalam dosa dan kesalahan, saat kita terjatuh dalam kelemahan kita, kita merasa lagi tidak layak, merasa putus asa dan kehilangan semangat dan pengharapan kita, kita meninggalkan pekerjaan Tuhan, kita meninggalkan Alkitab kita dan jam-jam doa kita. Ada juga yang melihat orang lain, misalkan seperti pendeta atau orang tua atau orang yang kita segani berbuat salah atau dosa. Melihatnya terjatuh dalam kekelaman, dan membuat kita sedih dan kehilangan harapan dan berakhir dengan keputusan untuk meninggalkan pelayanan dan ibadah, tidak lagi berdoa dan membaca Alkitab. Sungguh naif jika kita berbuat seperti itu.


PENUH KELEMAHAN


Petrus yang menjadi pemimpin dari teman-temannya, yang melahirkan gereja dan membawa gereja kudus dihadapan Allah sampai hari ini, bukanlah seorang yang sempurna. Ia penuh dengan kekurangan, kelemahan dan ketidak mampuan, memiliki kesalahan, bahkan kesalahan yang luar biasa. Tetapi sungguh luar biasa pula. Petrus si lemah, yang merasa sangat bersalah dan tidak berguna karena masa lalu yang ia menyangkal Tuhan, ternyata Alkitab menjelaskan Tuhan tetap melengkapi Petrus sebagai rasul yang memimpin para rasul lainnya dalam membangun gereja Tuhan di muka bumi ini. Posisinya tidak diganti oleh rasul yang lain atau siapapun.


Aku menyangka dalam kebingunganku: "Aku telah terbuang dari hadapan mata-Mu." Tetapi sesungguhnya Engkau mendengarkan suara permohonanku, ketika aku berteriak kepada-Mu minta tolong. (Mazmur 31:32)


Banyak orang beranggapan, seorang jika telah bersalah ia telah cacat, seorang yang telah berbuat jahat dan dipenjara, saat keluar dari penjara ia dimata masyarakat adalah sorang bekas napi, seorang yang memiliki catatan buruk. Banyak orang merasa saat perjalanan hidupnya penuh dengan lembar hitam, ada catatan dosa-dosa besar yang diperbuat, walau ia yakin Tuhan mengampuni, tetapi rasa bersalah ini membuat ia tetap merasa sebagai orang yang telah cacat dalam perjalanan hidupnya. Jangan menghukum diri sendiri, itu tipu daya setan (Kolose 3:23). Yudas sama-sama berbuat dosa, mengkianati Yesus dan juga sama-sama menyesal, tetapi Yudas menghukum diri sendiri dengan mati mengantung diri (Matius 27:3-4), sampai jatuh dan perutnya pecah (Kisah Rasul 1:18).


Tidak ada manusia yang sempurna didunia saat ini. Belum ada yang telah mencapai kesempurnaan ilahi, termasuk rasul Paulus (Filipi 3:12-13) sehingga tidak lagi pernah jatuh dan berbuat dosa. Karena kita semua dikurung oleh Tubuh Maut (Roma 7:21-24), kita masih dapat jatuh dalam kesalahan. Tetapi kita harus tahu, bahwa Allah sangat mengasihi kita dan tidak akan membiarkan kita tetap jatuh dan tergeletak. "Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana." Amsal 24:16.


Dihadapan Tuhan, seorang yang telah bertobat, walau seburuk apapun dosanya, walau sekelam apapun masa lalunya, tidak ada satupun yang diingat Allah selain lembar putih yang bersih tanpa noda atau bekas noda. Pengampunan dari Allah adalah melupakan dan tidak membangkit-bangkitkan kesalahan masa lalu, sebab semua kesalahan itu tidak ada lagi oleh karena darah Kristus.


Marilah, baiklah kita berperkara! -firman TUHAN-Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. (Yesaya 1:18)


Petrus telah menyangkal Kristus, tetapi Petrus menyesalinya dan kuasa pengampunan dosa itu menaunginya sehingga walau ia lemah dan bersalah, kemurahan Allah telah membuatnya berdiri dihadapan Allah tanpa cacat, noda dan kerut. (Efesus 5:27, I Korintus 1:8).


RENCANA-NYA TIDAK PERNAH GAGAL


Rencana Allah atas hidupnya juga tidak berubah, Petrus tetap sang batu karang, dimana gereja Tuhan akan dibangun olehnya (Matius 16:18). Saat Yesus bangkit, kembali Yesus mengingatkan tugas Petrus untuk membangun gereja bersama para rasul yang lainnya.


Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." (Yohanes 21:15)


Tuhan tahu isi hati manusia (Yohanes 2:25), Tuhan tahu saat Petrus mengatakan "Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak." Petrus mengatakan dengan sungguh dari hatinya. Petrus bersungguh-sungguh berusaha mengasihi Tuhan, lebih dari yang lainnya. Karena itulah saat pertama kali Yesus bertanya, Yesus berkata, "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Petrus diingatkan akan kerinduan dan pengharapannya sebelum ia terjatuh didalam kelemahan.


Jawaban Petrus yang pertama diulang oleh Tuhan Yesus kedua dan akhirnya sampai ketiga kalinya. Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku. (Yohanes 21:17). Tuhan bertanya sampai tiga kali, sampai Petrus merasakan kesedihan dan mengingatkan akan tiga kali ia menyangkalNya. Diawali dengan kata-kata "Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak." saat Petrus diperingatkan akan tiga kali menyangkal sebelum ayam berkokok, demikian Yesus mengawali pertanyaannya dengan kata "... lebih dari mereka ini". Dan juga tiga kali Petrus menyangkal di pagi hari sebelum ayam berkokok, demikian juga Yesus pagi hari itu bertanya tiga kali yang membuat hati Petrus sedih dan mungkin sekali Petrus mengingat kembali rasa putusasanya saat ia telah berdosa dan yang membuatnya memutuskan kembali menjadi nelayan.


Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka. (Mazmur 147:3)


Tuhan tahu Petrus sangat terpukul dengan dosanya dan ia merasa tidak lagi sebaik dahulu, ia tidak lagi merasa bersemangat seperti dulu, ia tidak lagi merasa layak melakukan pekerjaan-pekerjaan besar yang dia impikan saat bersama Yesus (Yohanes 14:12). Karena itulah maka Allah yang membalut luka-luka dan menyembuhkan yang patah hati, tidak membiarkan Petrus terbiasa dengan penyesalannya, tidak membiarkan Petrus terbiasa suam-suam, dengan membuka lukanya agar dapat dibalut.


Perhatian Allah terhadap Petrus yang patah hati terlihat sejak berita kebangkitan Yesus dari malaikat di kuburNya, tertulis khusus disampaikan kepada Petrus. "Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu." Markus 16:7. Agar Petrus tahu, Tuhan-nya bangkit untuknya, ia tidak mati dan pengharapannya masih tetap ada. (Saat itu hanya Petrus yang terpukul hatinya dengan dosa saat menjelang kematian Yesus).


Setalah Petrus merasakan kembali kesedihannya yang lama, Yesus mengajaknya berbicara berdua (Yohanes 21:19-20) untuk menguatkan imannya agar ia dapat mengenapi apa yang dikatakan Yesus dalam Lukas 22:32, "tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu."


Saat kita terjatuh dalam dosa, dan saat kita menyesal dan bertobat. Allah akan mengampuni dosa-dosa kita, mengangkat kita dan menghibur kita. Ia membalut luka-luka kita dan menguatkan kita sehingga kita menjadi kuat kembali.


Tetapi Allah tidak menginginkan kita menyimpan kepahitan, menyimpan penyesalan dan kepedihan itu didalam hati kita. Sering kali orang beriman, menyimpan penyesalannya dan kesedihannya didalam hati yang terdalam. Tuhan ingin semua itu terbongkar keluar dan hati kita bersih dari semua rasa besalah, bersih dari semua kepahitan dan bayangan akan kekelaman masa lalu.


Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah, sebab jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu. Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah, (Yohanes 3:19-21)


Jangan biarkan hati kita mempermainkan kita. Jangan biarkan kita duduk dibangku gereja, melayani pekerjaan Tuhan, berdoa dan membaca Alkitab dalam keadaan hati yang menyimpan kekelaman. Menyimpannya ditempat paling dalam di dalam hati yang suatu saat Iblis akan memakainya untuk menuduh kita dan membuat kita patah semangat dan lemah kembali. Petrus hari itu melepaskan segala kekelaman hatinya, segala penyesalan dan rasa bersalahnya.


Pada saat Roh Kudus turun, dan ia memperolah kuasa yang besar dan karunia Roh Kudus ia mengajar banyak orang (Kisah Rasul 2:38-41), mengadakan mujizat (Kisah Rasul 5:15-16) dan membangun gereja Tuhan dan yang sampai hari ini kita lihat gereja di mana-mana, semua adalah buah dari tugas Petrus bersama dengan para rasul melakukan kehendak Kristus. Tidak ada yang berkurang dari mata Allah sebelum Petrus jatuh dan sesudah Petrus jatuh, tidak ada yang berkurang dari rencana Allah terhadapnya.


DIMULAI DARI KETIDAK SEMPURNAAN


Memang didalam perjalanan hidup tidak semuanya indah dimata kita, tetapi kita harus tahu, bahwa segala sesuatunya Tuhan janjikan akan menjadi indah pada saatnya. Pengkotbah 3:11, "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir."


Dari awal sampai akhir, kita melihat bahwa Allah bekerja membuat sesuatu yang tidak sempurna menjadi sempurna. Petrus yang lemah diolah menjadi Petrus yang luar biasa di jaman para rasul. Membuat sesuatu yang tidak baik menjadi baik, membuat segala sesuatunya indah. Memang pada awalnya terlihat tidak baik, tetapi lewat proses Allah membuat itu menjadi sempurna. Allah tidak menciptakan sesuatu yang sempurna sejak mulanya, Petrus bukan superman tetapi Ia membuat Petrus sempurna melalui proses.


Demikian juga hidup kita, disekitar kita kita lihat berbagai macam kekurangan, kelemahan dan ketidak sempurnaan hidup. Kita melihat pasangan hidup kita penuh dengan kekurangan, kita melihat kesalahan-kesalahan orang tua kita, kita melihat kenakalan anak-anak kita, kita melihat para pemimpin dan pendeta yang hidup didalam kelemahan dan kita merasakan pahitnya hubungan dengan teman, sahabat bahkan saudara. Kita melihat kekurangan dan kelemahan kita, kita melihat diri kita dan malu mengharapkan perkara yang mulya dari Allah. Kita lebih memilih duduk dibangku gereja dan pulang. Kita lebih memilih diam dan bungkam. Tetapi sesungguhnya setiap dari kita Allah merencanakan perkara yang indah. Kita semua direncakan untuk mencapai kesempurnaan, hidup didalam kekudusan seperti yang dikatakan oleh Firman Tuhan.


"Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Matius 5:48)


Apakah dosa, kejatuhan, kelemahan dan kesalahan kita yang lalu-lalu menghalangi kita berharap hidup didalam kesempurnaan? Apakah kita takut mengharapkan sesuatu yang terlalu besar bagi kita? Sempurna bukan sesuatu yang terlalu besar, sebab memang haruslah demikian. Jika saat ini kita melihat hidup kita didalam kelemahan, kekurangan dan ketidak berdayaan. Mungkin kita sakit, mungkin kita miskin, mungkin kita bodoh dan sekolah tidak selesai, mungkin kita tidak bisa apa-apa, mungkin kita telah berumur, mungkin kita lemah dan sering jatuh bangun, mungkin kita mantan pendosa, tetapi rencana Allah tidak memandang masa lalu kita dan memandang kondisi jasmani, rencana Allah tetap adalah menjadikan kita kudus dan tak bercacat cela dihadapanNya. Ia menghendaki kita hidup sempurna. Sempurna itu bukan datang dengan sendirinya, tetapi sempurna itu sebuah proses. Filipi 3:13, mengajarkan kepada kita bahwa kita harus mengejarnya, melupakan apa yang dibelakang kita, melupakan semua kekelaman hidup masa lalu, dan mengarahkan diri pada apa yang ada didepan kita. Rencana yang harus kita genapkan, seperti Petrus dengan dosa dan kekelamannya, ia bangkit untuk menggenapi rencananya.


JANGAN TINGGAL DIDALAM KELEMAHAN


Banyak umat Kristen tertipu oleh Iblis, mereka merasa aman jatuh bangun dalam dosa. Mereka merasa darah Kristus telah menghapus dosanya dan ia merasa baik-baik saja saat ia jatuh dan bangun dan jatuh lagi dan bangun lagi. Apalagi setelah mendengar ulasan tentang Petrus yang lemah dan jatuh dalam dosa tetap dipakai untuk menggenapi rencana Allah. Jangan bodoh. Allah tidak dapat dipermainkan.


Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. (Galatia 6:7)


Tuhan melihat hati kita, saat kita jatuh dan bertobat minta ampun, didalam hati kecil kita masih menyimpan keinginan untuk kembali berdosa, maka dihadapan Allah, kita sama sekali tidak menyesal dan Yesus tidak akan mempercayakan diriNya kepada mereka yang berbuat seperti itu (Yohanes 2:23-25).


Mungkin saat ini aman-aman saja dengan keadaan kita, dengan kelemahan kita. Jatuh bangun tanpa berkeinginan untuk mengejar kesempurnaan yang seharusnya menjadi perlombaan iman. Yang membiarkan hati ini penuh dengan kekelaman maka saatnya hari Tuhan datang dengan tiba-tiba dan penyesalan kita tidaklah berguna lagi (Lukas 21:34).


Ingatlah apa yang dikatakan oleh Samson, Lalu berserulah perempuan itu: "Orang Filistin menyergap engkau, Simson!" Maka terjagalah ia dari tidurnya serta katanya: "Seperti yang sudah-sudah, aku akan bebas dan akan meronta lepas." Tetapi tidaklah diketahuinya, bahwa TUHAN telah meninggalkan dia. Hakim-Hakim 16:20


Demikian saat ini, mari kita melihat bahwa memang dunia ini tidak sempurna, memang semua orang memiliki kelemahan dan kekurangan, memang kita masih dapat jatuh dalam dosa. Tetapi didalam kelemahan kita sekarang, kita belajar untuk melihat bahwa Tuhan sedang merenda hidup kita. Kita tidak tahu apa yang dikerjakan oleh Allah dari awal sampai akhir, tetapi kita tahu, bahwa ia menjadikan segala sesuatunya baik dan indah pada saatnya. Walau kita harus jatuh tetapi tidak akan tergeletak, kita akan bangkit kembali dan kita akan berjalan tetap mengikut langkah Kristus sampai kepada kesempurnaan yang dijanjikannya.


Amin

Maaf, Saya Khilaf


khilaf [KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA]

khi·laf a keliru; salah (yg tidak disengaja);


ke·khi·laf·an n kekeliruan; kesalahan yg tidak disengaja: ~ dapat saja terjadi dl pergaulan sehari-hari


khilaf [KAMUS SEASITE]

khilaf : salah; tidak benar; keliru.


Definisi Inggris : error, mistake.


Contoh : Maaf, saya telah membuat KEKHILAFAN yang besar. => Sorry, I have made a big MISTAKE.



Didalam bahasa Ibrani, kata khilaf adalah "sh@gagah" (baca: sheg-aw-gaw'). Alkitab bahasa Indonesia menterjemahkan kata tersebut sebagai khilaf, tidak disengaja, tidak sengaja, tidak deketahui dan sesat.


Kata khilaf sering kita dengar disekitar kita. Kata khilaf merupakan kata sakti untuk berkelit dari kesalahan di negri kita. Sering kali pesakitan mengaku khilaf saat berbuat jahat. Sering kali kita mengatakan khilaf saat kita menyakiti orang lain atau berbuat yang kurang baik kepada saudara seiman ataupun kepada orang-orang disekitar kita. Masyarakat menerima kata khilaf sebagai sesuatu yang wajar untuk berbuat salah. Orang-orang tua mengatakan "sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga". Masyarakat jawa timur biasa menyebut "namanya juga orang, pasti ada luputnya". Khilaf tersebut diterima sebagai kesalahan yang wajar.


Memang kesalahan yang disengaja dengan kesalahan yang tidak disengaja berbeda kadarnya. Kesalahan yang disengaja tentu lebih berat kesalahannya dari pada kesalahan yang tidak disengaja atau kita sebut khilaf (berasal dari bahasa Arab yang diserap menjadi bahasa Indonesia).


"Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut." Lukas 12:47-48


Tetapi walaupun kadarnya lebih sedikit dari yang sengaja, tetapi tetap saja hal itu adalah salah. Kedua-duanya tetap saja menerima pukulan dalam ayat diatas. Khilaf didalam iman kristiani bukan sebuah pernyataan untuk berkelit dari kesalahan, sebab seorang yang khilaf yang membawa dosa atau khilaf berbuat dosa tetap bersalah dan Allah tidak menyukainya.


Lagi pula, bukankah Tuhan menguji setiap hati (Yeremia 11:20), menyelidiki manusia sampai kedalam batinnya dan mengadili bukan dari apa yang tampak dimata, tetapi sampai dalam hati (I Korintus 4:5). Didepan manusia kita dapat berkata khilaf, tetapi sesungguhnya Tuhan tahu apakah benar kita tidak menyadari atau kita melakukan kesalahan dengan kesadaran. Takutlah akan Tuhan!


Seorang yang dengan sengaja berbuat jahat atau dosa dan mengaku khilaf, ia telah menambah kesalahan atau dosanya dengan berdusta (Immamat 19:11).


Khilaf berbeda dengan kalap. Kalap menurut KBBI artinya lupa diri. Juga Khilaf berbeda dengan lupa. Walau kalap dan lupa menyerupai, tetapi kata khilaf mengandung unsur tidak disengaja atau keliru yang berhubungan dengan kesalahan.


Seperti apakah kesalahan yang disebut kh ilaf?


Tahu larangan tetapi khilaf melanggarnya


Jika kita tahu sebuah larangan didalam Firman Tuhan, misalkan tentang berbohong atau dusta. Pada saat kesibukan sehari-hari saat kita berbincang-bincang, kita terlalu asik sehingga terlarut dan waktu ditanya tentang hal yang pribadi atau rahasia, dengan cepat dijawab dengan bohong atau dusta tanpa disadari karena keasikan berbicara. Itu adalah khilaf perbuatan dosa.


2 Samuel 12:4-9 mencatat tentang khilafnya Raja Daud dengan Batsyeba (2 Samuel 11:2-3) bahkan hendak menipu Uria, suami Batsyeba dan gagal dilanjutkan dengan rencana membunuhnya. Raja Daud tidak sadar sampai Nabi Natan menyadarkan dan membuat Raja Daud terkejut dari kesalahannya (2 Samuel 12:13,16-20).


Khilaf seperti ini adalah khilaf yang paling sering dilakukan oleh umat Tuhan, dimana mereka tidak sadar karena terlena sehingga berbuat dosa padahal tahu larangannya.


Tahu perintah tetapi khilaf tidak melakukan


Selain larangan didalam Firman Tuhan juga ada perintah. Larangan dan perintah adalah dua hal yang sama-sama harus kita taati. Kebanyakan orang Kristen hanya mengutamakan larangan dan menganggap perintah sebagai pilihan, boleh dilakukan boleh tidak.


Jika anak-anaknya meninggalkan Taurat-Ku dan mereka tidak hidup menurut hukum-Ku, jika ketetapan-Ku mereka langgar dan tidak berpegang pada perintah-perintah-Ku, maka Aku akan membalas pelanggaran mereka dengan gada, dan kesalahan mereka dengan pukulan-pukulan. Mazmur 89:32-33


Ketetapan-Ku memiliki pengertian hukum atau batasan-batasan yang tertulis jelas. Sesuatu yang tidak boleh dilanggar, biasanya berupa larangan. Sedangkan perintah-Ku memiliki pengertian ketaatan kepada perintah, tunduk untuk melakukan apa yang diperintahkan. Keduanya harus ditaati.


1 Korintus 9:16, menulis "Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil." Paulus tahu perintah memberitakan injil itu sebuah keharusan bukan option (pilihan) seperti halnya larangan berdusta atau berzinah.


Memang kadang perintah terlihat sederhana. Seperti halnya Petrus dalam Lukas 22:31-34, Yesus telah memperingati Petrus bahwa ia akan jatuh dalam dosa. Matius 26:41-43, mencatat setelah itu Yesus mengajak mereka berdoa, menasihati Petrus agar berjaga-jaga dan berdoa agar tidak jatuh saat ditampi iblis, tetapi Petrus tertidur, dan sudah dibangunkan masih juga tertidur lagi. Matius 26:75 menulis tentang kejatuhan Petrus karena khilaf tidak mentaati perintah Yesus.


Sering kali kita seperti Petrus, saat Tuhan mengingatkan kita untuk berbuat sesuatu atau untuk melakukan sesuatu, perintah tersebut kita lalui begitu saja yang dapat berujung kepada perbuatan dosa.


Tidak tahu larangan, khilaf berbuat yang dilarang


Kadang kita tidak mendengarkan atau mengacuhkan perintah Tuhan atau hukum-hukumNya sehingga kita tidak mengetahui bahwa kita telah melakukan kesalahan yang tidak kita sadari. Banyak orang kristen berbuat dosa karena ia tidak sadar atau tahu bahwa ada perintah atau larangan tentang hal tersebut. Misalkan seperti Uza yang mati saat memengang tabut yang hampir jatuh.


Ketika mereka sampai ke tempat pengirikan Kidon, maka Uza mengulurkan tangannya memegang tabut itu, karena lembu-lembu itu tergelincir. Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Ia membunuh dia oleh karena Uza telah mengulurkan tangannya kepada tabut itu; ia mati di sana di hadapan Allah. 1 Tawarikh 13:9-10


Uza melakukan kekhilafan dengan memengang tabut Tuhan yang kudus. Bilangan 4:15, menuliskan larangan untuk memengang barang yang kudus tersebut, tetapi Uza yang tidak tahu larangan telah khilaf melanggarnya dan itu tetap adalah kesalahan.


Hukum dan peraturan Allah berlaku bukan hanya untuk orang yang mendengar dan mengerti saja, tetapi berlaku untuk seluruh alam semesta, kepada semua orang baik orang baik atau jahat, orang beriman atau orang yang hidup dalam daging, hukum Tuhan tetap berlaku tanpa memandang apakah kita telah mengerti atau tidak. Hanya perintah-perintah Tuhanlah yang bertumbuh mengikuti perjalanan atau lebih tepat perlombaan iman kita. Meningkat dari kemulyaan kepada kemulyaan, tetapi ketetapanNya ada sejak Allah menciptakan segala sesuatu sampai kepada akhirnya.


Karena itulah kita tidak akan menerima perintah yang melebihi kemampuan kita. Semua perintah yang kita dengar, adalah perintah yang dapat kita lakukan bersama dengan Tuhan, dengan kekuatan dari Roh Kudus. Karena itu taatilah Firman Tuhan dan lakukanlah kewajiban iman kita.


Didalam Alkitab, khilaf dapat terjadi dalam dua kelompok.


Khilaf yang dilakukan sendiri


Apabila satu orang saja berbuat dosa dengan tidak sengaja, maka haruslah ia mempersembahkan kambing betina berumur setahun sebagai korban penghapus dosa; dan imam haruslah mengadakan pendamaian di hadapan TUHAN bagi orang yang dengan tidak sengaja berbuat dosa itu, sehingga orang itu beroleh pengampunan karena telah diadakan pendamaian baginya. Bilangan 15:27-28


Dilakukan oleh perorangan, merupakan kekhilafan pribadi. Didalam hukum Taurat, perbuatan khilaf tetap saja merupakan dosa dan harus ditebus sesuai dengan peraturan hukum Taurat. Hukuman berlaku bagi orang yang bersangkutan.


Khilaf yang dilakukan umat (jemaat)


"Apabila kamu dengan tidak sengaja melalaikan salah satu dari segala perintah ini, yang telah difirmankan TUHAN kepada Musa, yakni dari segala yang diperintahkan TUHAN kepadamu dengan perantaraan Musa, mulai dari hari TUHAN memberikan perintah-perintah-Nya dan seterusnya turun-temurun, dan apabila hal itu diperbuat di luar pengetahuan umat ini, tidak dengan sengaja, maka haruslah segenap umat mengolah seekor lembu jantan muda sebagai korban bakaran menjadi bau yang menyenangkan bagi TUHAN, serta dengan korban sajiannya dan korban curahannya, sesuai dengan peraturan; juga seekor kambing jantan sebagai korban penghapus dosa. Maka haruslah imam mengadakan pendamaian bagi segenap umat Israel, sehingga mereka beroleh pengampunan, sebab hal itu terjadi tidak dengan sengaja, dan karena mereka telah membawa persembahan-persembahan mereka sebagai korban api-apian bagi TUHAN, juga korban penghapus dosa mereka di hadapan TUHAN, karena hal yang tidak disengaja itu. Segenap umat Israel akan beroleh pengampunan, juga orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu, karena hal itu dilakukan oleh seluruh bangsa itu dengan tidak sengaja. Bilangan 15:22-26


Dilakukan oleh umat atau orang banyak dalam sebuah komunitas. Kesalahan ini merupakan kekhilafan jemaat dihadapan Tuhan dan juga sesama. Hukuman berlaku bagi seluruh umat.


Bagaimanakah seseorang bisa khilaf?


Tidak mengerti Firman Tuhan


Yesus menjawab mereka: "Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah!" Matius 22:29


Sering kali orang khilaf sebab ia tidak paham Firman Allah dan menganggap enteng kebenaran Firman Tuhan sehingga setiap kali ia berbuat dosa tanpa disengaja, sebab tidak ada lagi hukum Allah yang mengatur hidupnya, menjadi penuntun atau sesuatu yang harus dipikirkan dan dipertimbangkan dalam bertindak. Kata "sh@gagah" (baca: sheg-aw-gaw') dalam bahasa Ibrani juga memiliki arti sesat. Pengertian Firman Tuhan yang dangkal dapat membawa kita kepada hal-hal yang sesat atau kesalahan yang dijalani dari hari ke hari tanpa kita sadari itu adalah kejahatan dihadapan Tuhan.


Tidak tahu Firman Tuhan sehingga khilaf melanggarnya, atau tahu Firman Tuhan tetapi karena tidak paham sehingga mereka tersesat saat mengerapkan atau menaggapinya, hal ini juga menjadi khilaf dalam hidupnya akan Firman Tuhan.


Hidup dalam hawa nafsu atau mabuk anggur


Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang. Lukas 8:14


Kenikmatan hidup dan mengejar kekayaan sering kali membuat orang beriman terlena dan didalam mabuk anggurnya, ia lebih sering berbuat khilaf dan melanggar hukum Allah, mengabaikan perintah Tuhan. Diseluruh dunia, sejarah mencatat kekristenan hancur bukan kerena tekanan, kekerasan atau kesusahan, tetapi karena kemakmuran dan kenikmatan hidup. Gereja di Eropa menjadi sepi saat semua orang menikmati hari-hari liburnya, termasuk hari minggu. Kesibukan mencari uang atau lebih tepat mengejar kekayaan di berbagai belahan dunia telah membuat mereka jauh dari iman. Sebaliknya saat gereja digencet, saat umat Tuhan diancam, dianiaya dan dikucilkan, saat itu malah banyak orang bertumbuh dalam iman, banyak mujizat terjadi, banyak orang dipuaskan oleh apa yang dari hadirat Allah, bukan anggur yang dari dunia ini.


Dan tidak seorangpun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik. Lukas 5:39


Terlena dengan semua kenikmatan duniawi, membuat seorang menjadi khilaf dan melakukan banyak dosa dan kesalahan dihadapan Tuhan. Karena itu jangan mabuk anggur kata Firman Tuhan (Efesus 5:18).


Hidup terlena dalam hawa nafsu atau kenikmatan hidup dan mengejar kekayaan akan membuat kita khilaf berbuat dosa yang seharusnya kita tahu laranganNya atau perintahNya.


Keras hati


Lebih baik seorang muda miskin tetapi berhikmat dari pada seorang raja tua tetapi bodoh, yang tak mau diberi peringatan lagi. Pengkotbah 4:13


Orang yang tidak mau diberi peringatan dan nasihat lagi, adalah orang-orang yang memiliki peluang untuk berbuat khilaf lebih banyak. Kesalahan yang tidak mau diperbaiki tentu akan diulang terus menerus.


Tanpa Kasih


"Seperti orang gila menembakkan panah api, panah dan maut, demikianlah orang yang memperdaya sesamanya dan berkata: "Aku hanya bersenda gurau." Amsal 26:18-19


Tanpa kasih ilhai manusia sering menyakiti sesamanya, sering berbuat jahat tanpa ia sadari. Saat kejengkelan dan kebencian merasuk dan dibiarkan berlarut tahu-tahu ia telah merencanakan kejahatan dan tahu-tahu ia telah berbuat jahat tanpa ia sadari ia telah jatuh dalam dosa.


Bagaimanakah seorang bisa terhindar dari khilaf?


Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari. Mazmur 19:13


Raja Daud tahu bahwa selama masih hidup manusia memiliki banyak kelemahan dan karena itu walau ia telah berhati-hati dalam hidupnya sekali pernah kita khilaf melakukan apa yang tidak kita sadari. Didalam Mazmur 19:13, kata kesesatan menggunakan kata "sh@gagah" (baca: sheg-aw-gaw') yang berarti khilaf. Sedangkan kata tidak kusadari berasal dari kata "cathar" (baca: saw-thar') yang artinya tersembunyi, rahasia atau tertutup. Secara bebas dapat dibaca ,"Siapakah yang dapat mengetahui kekhilafan? Bebaskanlah dari apa yang tersembunyi bagiku". Jika kita baca ayat 11 dan 12 diatasnya maka kita dapat tahu bahwa Daud selalu mendapat peringatan saat berbuat salah dari rasa takut akan Tuhan dan dari pengertian Taurat Tuhan, agar ia selalu hidup dalam kebenaran. Tetapi khilaf? siapa yang tahu kalau ia khilaf, sebelum ia diberitahu atau diperingati. Selama itu kekhilafan kita tersembunyi dihadapan kita.


Bagaimana kita bisa terhindar dari khilaf? Kita belajar dari kitab Mazmur, bahwa takut akan Tuhan dan pengertian Firman Tuhan dapat membantu kita lepas dari kekhilafan yang tersembunyi bagi mata kita.


Takut akan Tuhan


Siapakah orang yang takut akan TUHAN? Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipilihnya. Mazmur 25:15


Orang yang takut akan Tuhan, langkah hidupnya akan berhati-hati sesuai Firman Tuhan, apa yang harus dilakukan dan yang akan dilakukan Tuhan akan menunjukan sehingga kita terhindar dari kekhilafan. Firman Tuhan akan berbicara dalam hidupnya, disetiap langkahnya dan ia terhindar dari kejahatan. Amsal 1:7 mengatakan bahwa rasa takut akan Tuhan merupakan permulaan kita memahami pengertian Firman Tuhan, yang akan mengawali jalan hidup kita.


Rasa takut kepada Tuhan di akhir jaman ini telah semakin menipis, orang tidak lagi peduli terhadap Tuhan apalagi takut. Sehingga mereka berbuat seenaknya tanpa memandang kepada Tuhan lagi. Banyak orang berbuat jahat, tidak lagi merasa takut kepada Tuhan (Amsal 8:13, Amsal 16:6), mereka lebih takut kepada polisi dan manusia. Firman Tuhan katakan takut kepada manusia mendatangkan jerat (Amsal 29:25). Sebab pengadilan manusia tidak seperti pengadilan Allah, manusia mengadili dari apa yang dilihat mata dan berdasarkan bukti yang dapat dikumpulkan, sedangkan pengadilan Allah, melihat sampai hati dan mengadili sampai kepada batin kita.


Mengerti Firman Tuhan


Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. Mazmur 19:8


Orang-orang tua, yang telah banyak makan garam (berpengalaman), lebih matang dan tenang dalam berfikir dan bertindak, sering kali kita katakan mereka jarang berbuat khilaf, tetapi orang-orang muda yang kurang berpengalaman dan kurang matang dalam menimbang sering kali berbuat khilaf dalam hidupnya. Hal ini diterima umum sebagai kebenaran yang terjadi diseluruh dunia.


Tetapi kita tidak harus menunggu telah berpengalaman pahit untuk belajar tidak berbuat khilaf, sebab setiap dosa yang kita lakukan akan merusak hal-hal yang baik. Pengkhotbah 9:18, "Baiklah hikmat dari pada segala alat peperangan, tetapi seorang orang berdosa itu dapat membinasakan banyak perkara yang baik." (Terjemahan Lama)


Mazmur ngajarkan kepada kita bahwa mengerti Firman Tuhan membuat kita lebih dari orang yang berpengalaman dalam menimbang langkah-langkah hidup kita. Membuat kita berhati-hati dalam bertindak sesuai dengan apa yang tertulis didalamnya (Yesaya 1:8). Mengerti Firman Tuhan membuat kita tidak lagi berbuat khilaf, walaupun ia seorang yang sangat muda seperti Raja Yosia.


2 Tawarikh 34:15-21, menceritakan raja Yosia yang naik takhta saat berusia 8 tahun, dan saat remaja ia dan segenap umat Israel telah lama berbuat khilaf dengan melanggar hukum Allah, saat ia mengengerti kebenaran Firman Tuhan, raja Yosia disadarkan dan ia berhenti dari khilafnya.


Bila tersingkap, firman-firman-Mu memberi terang, memberi pengertian kepada orang-orang bodoh. Mazmur 119:130


Hidup dalam Roh dan dipimpin Roh Kudus.


Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging-karena keduanya bertentangan-sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. Galatia 5:16-17


Khilaf adalah perbuatan yang tidak kita sadari, terjadi seakan dengan sendirinya. Tentu hal ini adalah karena kita berjalan didalam daging. Karena itu Firman Tuhan mengingatkan kita, hiduplah dalam Roh agar kita tidak berbuat khilaf lagi.


Hidup didalam Roh sederhananya adalah hidup mentaati Firman Tuhan. Mendengar itu baik, tetapi lebih penting dari sekedar mendengar adalah mentaati. Hidup didalam Roh adalah hidup didalam pimpinan Roh Kudus, melakukan apa yang diingatkan Roh Allah kepada kita (Yohanes 14:26), melakukan apa yang disampaikan Roh Allah lewat hati dan pikiran kita untuk kita berjalan sesuai Firman Tuhan (Yohanes 16:13).


Hidup dalam Roh itu dijelaskan dalam Roma 8:5, sebagai berikut. "Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh." Jika kita hidup dalam Roh, maka kita memikirkan hal-hal yang dari Roh Allah. Memikirkan perkara diatas, memikirkan membangun jemaat, memikirkan pekerjaan Allah, memikirkan pengajaran, iman, pengharapan, kebenaran, keadilan, kasih dan kesetiaan. Semua yang indah didalam Roh yang diberikan kepada kita. Jika kita menurut pimpinanNya, maka kita akan terhindar dari kekhilafan. Sebab khilaf itu berasal dari daging ini, dan oleh karena perbuatan mentaati Roh maka kita mematikan perbuatan kedagingan (Roma 8:13).


Jangan keraskan hati


Tetapi mereka tidak mau menghiraukan, dilintangkannya bahunya untuk melawan dan ditulikannya telinganya supaya jangan mendengar. Mereka membuat hati mereka keras seperti batu amril, supaya jangan mendengar pengajaran dan firman yang disampaikan TUHAN semesta alam melalui roh-Nya dengan perantaraan para nabi yang dahulu. Oleh sebab itu datang murka yang hebat dari pada TUHAN. Zakaria 7:11-12


Peringatan dari Tuhan itu penting, kadang datang lewat teman, saudara, orang tua, guru, pembimbing rohani, pendeta atau gembala sidang. Jika kita menutup telinga, menolak dan tidak mau mendengar, dibilang cerewet atau sudah tahu dan sebagainya maka kita adalah orang yang mudah khilaf. Jangan keraskan hati sebelum ditegur atau diperingati atau kita lebih memilih binasa (Amsal 29:1).


Nasihat dan teguran, peringatan dari Tuhan merupakan penuntun kita agar kita tidak berbuat khilaf. Dengarkanlah dan jangan keraskan hati! Seperti yang terjadi pada raja Uzia, dalam 2 Tawarikh 26:17-20. ia diperingati tetapi tidak mau mendengar dan mengeraskan hatinya sehingga ia celaka sampai matinya sebagai orang terbuang (penderita kusta).


Seberapa sering kita dinasihati tidak bisa dan merasa tahu tidak mau dengar. Seberapa sering kita ditegur tetapi malah mengatai dan menganggap ia tidak lebih suci dari kita. Seberapa sering peringatan yang kita dengar kita lalui dan menganggap itu buat si anu dan si itu bukan buat saya. Semua itu membuat kita menjadi khilaf dan berdosa didalam kebodohan dan kekerasan hati kita. Ingat upah dosa itu adalah maut (Roma 6:23), celaka dan pahit, termasuk juga dosa karena khilaf.


Hidup dalam kasih Kristus


"dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga". Filipi 2:3-4


Karena kasih, maka kita mengutamakan dan menganggap orang lain lebih penting dari kita, memperhatikan kebutuhannya, memperhatikan keinginannya, memiliki rasa empati dan peduli terhadap mereka yang ada disekitar kita. Dengan demikian maka kita akan terhindar dari khilaf yang menyakiti hati mereka, khilaf dalam berbuat jahat terhadap mereka dengan dalih sendagurau atau bercanda.


Dengan belajar mengasihi orang disekitar kita, kita belajar untuk tidak berbuat khilaf terhadap sesama kita. Kita belajar mentaati Firman Tuhan. Markus 12:30-31, menuliskan bahwa dua hukum yang ada dalam Kitab Taurat adalah kasih terhadap Allah dan terhadap manusia.


Jemaat yang khilaf


Jemaat yang khilaf dapat terjadi karena berbagai macam sebab. Ada tiga hal yang disebutkan disini yaitu:


1. Pengajaran yang salah


Pengajaran yang diterima salah akan membuat seluruh umat berbuat salah. Seperti contohnya ajaran Mormon, ajaran Childern of God, ajaran Gnostic, ajaran Saksi Yehovah dan banyak lagi lainnya. Mereka mengikuti ajarannya dan berbuat salah tanpa mereka sadari.


2. P erapan ajaran yang fanatisme


Pengajarannya mungkin benar, tetapi dalam menerapkannya umat melakukan dengan fanatik sehingga terjadi banyak kekhilafan. Misalkan tentang ajaran hidup kudus, karena penekanan berlebihan sehingga membuat umat merasa tertekan untuk tampil kudus dan melahirkan jemaat yang munafik satu dengan yang lainnya. Mereka melakukan hal itu tanpa mereka sadari, sebagai bentuk khilaf jemaat.


3. Tidak ada pemimpin


Memang setiap geraja ada pemimpin, setiap kelompok ada ketuanya, tetapi tidak semua pemimpin adalah pemimpin dan tidak semua ketua adalah pemimpin. Pemimpin yang tidak bertanggung jawab dan yang tidak menjadi teladan membuat umat menjadi tidak memiliki arahan dan tujaun, mereka berbuat sekehendak hatinya masing-masing orang dengan pendirian dan kebenarannya sendiri. Hal inilah yang membuat seluruh jemaat berbuat khilaf dengan mengabaikan dan mengutamakan satu atau dua bagian saja dari kebenaran Firman Tuhan.


Bagaimana mereka dapat terhindar dari semua kekifahan jemaat ini adalah tugas dari para pemimpin yang membawa visi dan misi Tuhan dalam hidup dan dalam komunitas atau umat yang digembalakannya. Pemimpin disini bukan hanya gembala sidang, tetapi juga para penatua, guru, nabi, rasul dan para penginjil yang melengkapi gereja Tuhan.


Kristus datang sebagai Anak Domba Allah menghapus semua dosa karena khilaf.


Bilangan 15:22-28, menuliskan tentang hukum orang yang berbuat dosa karena khilaf. Didalamnya diatur pengampunan lewat korban penghapusan dosa. Sama seperti dosa yang dilakukan dengan sadar, khilaf juga telah genap ditebus oleh Kristus di kayu salib sebagai Anak Domba Allah yang menghapus dosa manusia yang beriman kepadaNya.


Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus. Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa. Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah, dan sekarang Ia hanya menantikan saatnya, di mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya. Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan. Dan tentang hal itu Roh Kudus juga memberi kesaksian kepada kita. Ibrani 10:10-15


Seluruh bentuk korban penghapusan dosa dan salah semua telah digenapkan didalam Kristus sebagai korban sejati yang menjadi penggenapan korban kiasan yang dilakukan bangsa Israel ribuan tahun lamanya. Hari ini kita dapat menghadap Allah tanpa merasa bersalah, setelah mengadakan pemberesan dan meninggalkan kesalahan yang tidak kita sadari tersebut setelah semua dinyatakan kepada kita.


Bagaimana dengan khilaf yang belum kita sadari atau masih tersembunyi atau tetutup dimata kita? Selama kita hidup didalam Roh, tinggal melekat pada pokok anggur yang benar yaitu Kristus, maka semua kesalahan kita baik yang disadari atau tidak disadari, semua telah ditebus didalam Kristus. Yesus melihat hati kita, bukan melihat perbuatan masa lalu kita, karena itu bangkit dan menjadi teranglah sebab kita adalah orang-orang yang menerima pengkudusan dari Allah. Bangkitlah!


Amin.

MENUNGGU TUHAN

Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN! [Mazmur 27:13-14]


Kita semua memiliki keyakinan yang sama bahwa kita akan mengalami kebaikan demi kebaikan dari TUHAN dalam hidup kita, didalam beban berat dan masalah, kita memiliki iman dan keyakinan bahwa kita akan melihat kebaikan TUHAN dalam setiap masalah kita.


Keyakinan seperti itu bukan tanpa dasar sebab TUHAN berjanji menyatakan kasih setiaNya kepada umat yang mengasihiNya seperti yang ditulis dalam Ulangan 7:9 dan diperjelas oleh Paulus dalam Roma 8:28. Kita melihat Yusuf yang mengalami celaka dan masalah, pada akhirnya melihat kebaikan TUHAN atas hidup Yusuf dan seluruh keluarganya seperti yang ditulis dalam Kejadian 50:20. Janji dan pengharapan yang sama juga kita terima, sehingga kita semua percaya akan melihat kebaikan TUHAN disetiap langkah hidup kita, walau didepan mata adalah persoalan.


Tetapi kita juga harus ingat, Mazmur 27:13, juga menulis tentang negeri orang-orang yang hidup. Kata "orang-orang hidup" mengingatkan kita kepada kata-kata Yesus kepada orang Saduki didalam Lukas 20:38, "Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup." Dihadapan TUHAN hanyalah orang-orang yang hidup, bukan orang yang mati. Kata ini dalam pengertian rohani tentang orang-orang yang diselamatkan didalam Kristus. Yohanes 11:25, "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati" Semua orang yang memiliki iman dan anugrah keselamatan dari TUHAN akan menerima kehidupan kekal didalam Kristus sehingga kita disebut orang-orang yang hidup dihadapan Allah. Inilah yang dimaksudkan dengan orang-orang yang hidup.


Berbeda dengan Wahyu 20:14, disebutkan tentang kematian kedua, yang berarti dijauhkan dari hadapan TUHAN untuk selamanya (2 Tesalonika 1:9) itulah yang dimaksud negeri orang mati. Setelah mati, ia tidak dibangkitkan didalam Kristus, tetapi dibuang ke Lautan Api. Matius 10:28, "Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.". Kematian jasmani adalah sementara, sebab orang beriman tetap hidup walau ia mati secara jasmani, Kristus akan membangkitkan kita pada akhir jaman, tetapi kematian rohani adalah kematian untuk kekal. Sebab setelah mati secara jasmani, mereka akan mengalamai maut didalam Lautan Api yang disebut kematian kedua.


Memahami tentang kata "negeri orang-orang yang hidup" yang kita bahas diatas, adalah bahwa janji TUHAN tentang segala yang baik yang akan dinyatakan dalam hidup kita diberikanNya hanya didalam Kristus, diantara orang-orang yang hidup bukan orang yang mati secara rohani. Jika kita hidup didalam dosa dan kedagingan, kita dihadapan TUHAN mati dan tidak tinggal di negeri orang-orang yang hidup melainkan tinggal di negeri orang-orang yang mati. 1 Timotius 5:6, "Tetapi seorang janda yang hidup mewah dan berlebih-lebihan, ia sudah mati selagi hidup."


Seorang yang hidup menuruti hawa nafsunya, hidup tidak berpada tetapi menuruti keinginan mata, keinginan daging dan keangkuhan hidup (1 Yohanes 2:16), ia akan binasa didalam kematian kedua. Paulus didalam ilham Roh Kudus mengatakan ia sudah mati selagi hidup.


Kepada orang-orang seperti itu, kebaikan TUHAN tidak akan mereka lihat selama ia tinggal di negeri orang-orang mati. Karena itu tetaplah tinggal di negeri orang-orang hidup, tinggalkan keduniawian dan kasihilah TUHAN, maka Ia akan menunjukan kasih setiaNya kepada kita.


NANTIKANLAH TUHAN


Selanjutnya, untuk dapat melihat kebaikan TUHAN, kita harus menantikan TUHAN. Pengkotbah 3:1. menuliskan, "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya." Demikian juga dengan hidup kita, ada saatnya kita menabur, ada saatnya kita menuai, ada saatnya kita bertekun didalam pengolahan, ada saatnya kita beria-ria didalam kesukaan. Abraham menantikan janji akan anak cucu selama 20 tahun, Yusuf menantikan pengenapan pengelihatannya selama 13 tahun, Daud telah diurapi menjadi raja Israel, tetapi ia memantikan sekian lama untuk menjadi raja atas seluruh Israel. Murid-murid menantikan Roh Kudus yang dijanjikan selama 10 hari, bukankah kita juga menantikan jawaban doa-doa kita dan menantikan pertolonganNya?


Sebab itu TUHAN menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab TUHAN adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia! [Yesaya 30:18]


Ada waktunya segala yang baik dari TUHAN akan dinyatakan kepada kita. Akan tiba saatnya, tetapi sebelum saat tiba, kita harus bertekun dalam menantikanNya. Yesaya 45:19, menjelaskan bahwa TUHAN tidak perrnah menyuruh kita dengan percuma. Tidak dengan tanpa alasan kita disuruh menantikan waktunya TUHAN. Tidak dengan sia-sia kita menunggu-nunggu, sebab Ia menghendaki kita bertekun didalam pengharapan.


Kita perlu bertekun didalam menantikan TUHAN, dalam berharap kepada TUHAN. Ibrani 10:36, menulis: " Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu." Belajarlah dari orang-orang yang dikisahkan dalam Kitab Suci, dari Musa, Yusuf, Daud, Daniel dan banyak hamba-hamba TUHAN lainnya yang memberikan teladan ketekunan dalam menantikan TUHAN didalam hidupnya (Roma 15:8). Waktu yang terbaik adalah waktu TUHAN bukan waktu kita. Yesaya 30:18, menunjukan bahwa bukan hanya kita saja menantikan waktu terbaik tersebut, tetapi TUHAN juga menanti-nantikan saat Ia menyatakan kebaikanNya kepada kita yang mengasihiNya.


Tekun dalam menantikan TUHAN merupakan proses yang dikehendaki oleh TUHAN untuk kita lalui, agar kita menjadi sempurna dan tak bercacat-cela. Yakobus 1:4, "Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun" Karena itulah maka kita memalui proses menantikan TUHAN, menantikan saat yang tepat TUHAN menyatakan kasih setiaNya dan melimpahkan segala kebaikan kepada kita disaat kita tertekan, teraniaya dan dalam himpitan dan kesesakan. Setelah kita melewati masa-masa yang sukar dan kita beroleh buah dari ketekunan kita didalam iman dan pengharapan, maka bukan hanya hal baik yang kita dapatkan, tetapi kita semakin disempurnakan, ditempa sehingga serupa dengan gambaran Kristus (Kolose 3:10).


Daud memiliki kesempatan menjadi raja seketika waktu, dengan menikam raja Saul sampai tewas untuk mengenapi janji TUHAN atas hidupnya untuk menjadi raja Israel lewat nabi Samuel yang telah mengurapinya sebagai raja sejak kecil. Tetapi Daud tidak mencari jalannya dan waktunya sendiri, ia memilih menunggu TUHAN menyatakan kebaikanNya, dan karena itulah maka Daud begitu dikasihi oleh TUHAN. Mengabaikan kesempatan seperti itu bukanlah hal yang mudah, sebab Daud harus kembali bertekun dalam pengharapan menantikan TUHAN didalam kondisi terjepit.


Banyak orang yang tidak tahan dalam menanti atau menunggu. Memang menunggu itu adalah hal yang paling menjemukan dan tidak menyenangkan, apalagi menunggu sesuatu yang tidak kasat mata, menunggu sesuatu didalam kesukaran, himpitan dan aniaya. Murid-murid Yesus saat bersama-sama menyaksikan kebangkitanNya, dalam 1 Korintus 15:6, dituliskan ada 500 orang yang selalu bersama-sama tetapi didalam Kisah Para Rasul 1:15, disebutkan tinggal 120 orang saja yang selalu berkumpul bersama-sama. Banyak orang yang tidak dapat sabar menunggu waktu TUHAN.


Saul tidak sabar menunggu dalam 1 Samuel 13:8-12, padahal waktunya telah tepat 7 hari, tinggal ia menunggu satu hari itu berakhir, tetapi Saul sudah tidak sabar menantikan TUHAN dan memutuskan untuk bertindak sendiri dihari terakhir. Tepat sesuai waktu yang dijanjikan maka Samuel datang dan karena perbuatan Saul yang lancang tersebut maka celaka yang ia terima bukan kebaikan (1 Samuel 13:13-14).


Kadang kita juga sering tidak sabar dalam menantikan TUHAN, menantikan pertolonganNya, menantikan jawaban doa, menantikan janji-janji digenapi, menantikan berkat dan anugrahNya. Sehingga kita mencari jalan keluar sendiri, mencari jalan yang termudah untuk mencapai apa yang kita harapkan dan inginkan. Saat kita mencari pasangan hidup, kita tidak lagi berharap pada TUHAN, tetapi mulai dengan cara-cara duniawi dan bahkan sampai meninggalkan iman. Saat membutuhkan uang, berapa banyak meninggalkan iman dan pengharapannya karena tidak sabar menantikan TUHAN dan mulai korupsi, mulai berdusta dan mengelapkan uang atau bahkan mencuri. Masih banyak lagi contoh-contoh lainnya yang kita semua dapat menyebutkannya dan apakah kita juga telah tidak sabar menantikan TUHAN dan meninggalkan iman dan pengharapan kita?


Jangan kita bertindak sendiri, jangan kita mencari jalan keluar sendiri, memutuskan cara pintas untuk menyelesaikan persoalan kita dan berjuang untuk meraih kebaikan sebelum waktunya. Amsal 20:22, menuliskan: Janganlah engkau berkata: "Aku akan membalas kejahatan," nantikanlah TUHAN, Ia akan menyelamatkan engkau. Ingat TUHAN itu adil, ia bukan sedang berlambat-lambat karena lalai, tetapi 2 Petrus 3:9 menjelaskan bahwa TUHAN menghendaki semua orang bertobat (2 Korintus 7:10). Karena itu sering kita lihat bahwa orang jahat dan licik sukses bahkan lebih sukses dan mendapat apa yang diinginkan hatinya (Mazmur 73:2-5), tetapi kita harus belajar dari Firman TUHAN, pada waktunya hukuman TUHAN akan dinyatakan kepada mereka.


Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia; jangan marah karena orang yang berhasil dalam hidupnya, karena orang yang melakukan tipu daya. [Mazmur 37:7]


TUHAN mengajarkan kita berdiam diri didalam menantikanNya. "Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN" [Ratapan 3:26]. Juga dalam Yesaya 30:15 disebutkan bahwa "Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu."Berdiam diri dalam menantikan TUHAN bukan sebuah perpuatan yang bodoh, tetapi Firman TUHAN katakan disanalah terletak kekutan kita. Bukan menganggur diam-diam diteras rumah, tetap berdiam diri dihadapan TUHAN adalah tentang doa. Kita semua tahun dalam Yakobus 5:16, dikatakan bahwa doa orang benar itu besar kuasanya. Doa yang kelihatannya remeh, tetapi didalam doa ada kemenangan. Sering kali orang Kristen tidak menyadari kuasa doa didalam nama Kristus.


Musa dalam Keluaran 17:11, dikisahkan tentang kuasa doa, setiap kali Musa mengangat tangan berdoa, maka bangsa Israel menjadi kuat dan saat ia menurunkan tangan maka bangsa Israel menjadi lemah. Demikian juga saat ini, kuasa doa didalam menantikan TUHAN bukan hal yang sepele. Jangan berhenti berdoa (1 Tesalonika 5:17). Tetaplah tekun dalam menantikan TUHAN menyatakan segala kebaikan yang dijanjikanNya.


Tekun menantikan TUHAN bukan hal yang mudah, di akhir jaman nanti, TUHAN mengatakan akan banyak orang melupakan TUHAN dan tidak lagi menaruh pengharapannya kepada TUHAN. "Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?" [Lukas 18:8]


Saat Kristus datang kedua kali seperti yang dijanjikanNya, apakah masih ada orang-orang kristen yang menantikan kedatanganNya? Apakah masih ada orang yang berharap dan percaya kepada janji-janji TUHAN? Kita semua menunggu penggenapan rencana Allah, menunggu pernyataan Allah dan menantikan semua pengharapan kita menjadi nyata, tetapi sejak dari dahulu sampai sekarang berita tentang kedatangan Kristus tetap dikumandangkan dan tidak juga sampai kepada penggenapannya (2 Petrus 3:3-4). Banyak orang mulai meninggalkan iman dan menjadi Kristen tradisi yang hanya menjaga nilai-nilai moral yang baik yang diajarkan oleh Yesus dan gereja, tetapi tidak lagi memiliki iman akan janji-janji dan pengharapan yang terkandung didalamnya. Di nagara-negara Kristen, penduduk atheist semakin meningkat, beberapa memilih menjadi deist dan masih banyak yang mengaku Kristen tetapi hidup diluar iman. Mereka adalah orang-orang yang tidak dapat menantikan TUHAN, tidak dapat memahami waktunya TUHAN, memilih untuk mendirikan kebenarannya sendiri (Roma 10:3).


KUATKANLAH DAN TEGUHKANLAH HATIMU


Didalam bertekun menantikan TUHAN, kita perlu menguatkan dan meneguhkan hati kita. Seorang yang menantikan sesuatu ia harus percaya bahwa yang dinantikan itu nyata atau ada. Ibrani 11:6, menjelaskan bahwa jika kita berpaling kepada Allah, kita harus percaya Allah itu ada. Menantikan TUHAN itu adalah tentang iman. Kita percaya bahwa TUHAN akan menyatakan kebaikan kepada kita. Iman itu adalah rahasia yang tersimpan didalam hati nurani yang suci. "Melainkan orang yang memelihara rahasia iman dalam hati nurani yang suci." [1 Timotius 3:9]. Karena itulah maka didalam bertekun menantikan TUHAN, kita perlu menguatkan dan meneguhkan hati kita.


Seorang yang meremehkan hari nurani yang murni, tidak menjaga hatinya 1 Timotius 1:19 menyebutkan imannya akan kandas. Saat imannya kandas, pengharapannya pun akan sirna dan tidak akan lagi bertekun menantikan TUHAN, tetapi akan mencari jalan duniawi dalam segala sesuatu. Selanjutnya kita tahu, tanpa iman tidak mungkin kita berkenan kepada Allah dan tanpa iman kita tidak memiliki keselamatan didalam Kristus.


Menguatkan dan meneguhkan hati adalah sebuah komitment, sebuah keputusan bulat untuk tetap memiliki hati yang teguh didalam iman. Iman atau percaya kita bukan tanpa dasar, bukan pula sebuah sugesti atau angan-angan kosong, tetapi iman haruslah lahir dari Firman TUHAN. Roma 10:17, "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."


Bagaimana kita bisa mendengar Firman Tuhan yang baik dan melahirkan iman? Kemballi kita bicara tentang hati. Yakobus 1:21, "Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu." Terimalah dengan lemah lembut Firman TUHAN didalam hati kita. Menerima semua pengajaran dari Allah, mengamini semua kebenaran dan melakukan apa yang diajarkan sebagai sesuatu kebenaran. Pada saat itulah iman akan timbul dan semakin hari semakin disempurnakan didalam perbuatan-perbuatan yang kita lakukan sesuai Firman TUHAN.


Jagalah hati kita dengan baik, jangan biarkan kejahatan masuk atau kedagingan merusaknya. Biarkan kita bertumbuh didalam iman dan tetap berkomitment untuk menguatkan dan meneguhkan hati agar pengharapan akan semua yang baik dari Allah dapat kita terima didalam Kristus Yesus.


Ingat menantikan TUHAN itu tidak mudah, banyak orang jatuh dan gugur didalam iman dan pengharapan saat ia didalam jeda waktu menantikan TUHAN. Murid-murid Yesus yang telah kita lihat diatas, dari 500 orang lebih tinggal 120 orang yang setia bersama-sama berkumpul didalam doa.


Kita semua mengetahui setelah Yesus mati di kayu salib, 3 hari kemudian Ia bangkit dan ada bersama-sama selama 40 hari sampai ia naik ke Surga di bukit Zaitun. Sebelumnya Ia berkata, "Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi." [Lukas 24:49] Alkitab mencatat 50 hari setelah Yesus mati, adalah hari Pentakosta, pada saat itulah Roh Kudus yang dijanjikan itu dinyatakan. Hanya 10 hari selisihnya, dalam sepuluh hari ini tidak banyak yang tetap tekun menantikan TUHAN. 10 hari itu adalah hari yang kosong, tanpa ada wahyu, tanpa ada Yesus ditengah mereka dan tanpa ada gambaran apa yang akan terjadi dihari-hari kedepan. Mereka hanya memiliki kitab Taurat dan kisah para nabi (Alkitab Perjanjian Lama) dan pesan-pesan serta kata-kata Yesus.


Jika kita sedang dalam masa-masa menunggu TUHAN menyatakan kebaikanNya, ingatlah bahwa anda harus tetap bertekun dan menguatkan dan meneguhkan hati walau semua terlihat gelap dan tidak ada jalan yang jelas, tetapi Firman TUHAN katakan, "Orang benar akan hidup oleh iman." (Roma 1:17 lihat juga Habakuk 2:4) Akan tiba saatnya, itu tidak lama lagi, TUHAN akan menyatakan segala kebaikanNya kepada kita. Ia juga tidak sabar menanti waktunya itu. Bertekunlah dan siapkanlah diri untuk disempurnakan oleh Allah.


Amin.