Catatan Kotbah

Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (2 Timotius 3:16)

Wednesday, September 01, 2010

TUHAN sedang merenda

Markus 1:16-20


Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus meneruskan perjalanan-Nya sedikit lagi, dilihat-Nya Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes, saudaranya, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus segera memanggil mereka dan mereka meninggalkan ayahnya, Zebedeus, di dalam perahu bersama orang-orang upahannya lalu mengikuti Dia.


Petrus adalah seorang nelayan, pekerjaan sehari-harinya adalah menangkap ikan di danau Galilea. Danau Galilea adalah danau terbesar di Israel, dengan luas 166 kilometer persegi, panjangnya 21km dan lebarnya 13km, yang penuh dengan berbagai macam ikan. Selain Petrus, saudaranya Adreas dan juga teman-temannya Yakobus dan Yohanes juga adalah nelayan di danau Galilea.


Pada saat Tuhan Yesus memanggil mereka, mengajaknya ikut dan menjadikan mereka penjala manusia, mereka meninggalkan pekerjaannya dan segala sesuatunya untuk mengikut Kristus.


MENJADI NELAYAN KEMBALI


Namun demikan ada sesuatu yang menarik saat kita membaca didalam Yohanes 21:3, dikatakan, "Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa." Mereka kembali menjadi nelayan (setelah Tuhan Yesus mati dikayu salib).


Petrus adalah seorang tokoh penting yang ditulis dalam Perjanjian Baru, ia memiliki jiwa pemimpin, berani dan sangat mengasihi Yesus. Didalam banyak hal, Yesus selalu mengajak Petrus (juga terkadang Yohanes dan Yakobus), sementara murid yang lainnya menunggu disuatu tempat. Petrus selalu tampil didepan sebagai pemimpin. Ia pernah berkata, "Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak." (Markus 14:29). Tetapi yang terjadi adalah bahwa Petrus yang tadinya meninggalkan segala sesuatunya untuk mengikut Yesus, kembali menjadi nelayan di danau Galilea.


Jika kita baca kisahnya, maka kita tahu, banyak guncangan yang diterima Petrus, sehingga ia merasakan putus asa, takut dan memutuskan untuk menjadi orang biasa, bekerja sebagai nelayan kembali. Kita semua mengetahui bahwa Petrus adalah satu-satunya rasul Kristus yang menyangkal Kristus didepan banyak orang (Matius 26:69-75). Menyangkal Yesus dihadapan manusia bukan sesuatu yang sederhana, sebab itu adalah dosa yang besar (Matius 10:32-33).


Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu." Dan pada saat itu berkokoklah ayam. Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya: "Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya. (Matius 26-74-75)


Selain itu, ia melihat Yesus, Tuhan dan Mesias yang dicintai dianiaya dan mati digantung diatas kayu salib. Ia merasa kehilangan yang amat sangat. Kematian orang yang kita kasihi tentu membuat hati ini menjadi sangat sedih. Petrus (dan semua murid-muridNya) menaruh harap akan pemulihan Kerajaan Israel secara jasmani (Kisah Rasul 1:6) dan kini ia melihat Mesias yang ia tahu akan jadi Raja menurut nubuat para nabi, mati, bahkan ia tidak sempat mengucapkan kata maaf dan penyesalan atas penyangkalannya kepada Yesus. Pukulan berat inilah yang membuat ia merasa sangat bersalah, kotor, jijik, tidak berguna dan terbuang.


Tidak heran jika kita membaca ayat yang menuliskan Petrus memutuskan kembali menjadi nelayan, meninggalkan semua pengharapan dan janji yang mereka terima saat mengikut Yesus (Lukas 22:23-30, Matius 20:20-21). Sebab pada saat itu mereka tidak tahu atau belum sadar bahwa semua yang dijanjikan Kristus adalah untuk perkara kekal, kerajaanNya adalah kerajaan Ilahi bukan kerajaan dunia (Yohanes 2:22). Harapannya telah hilang bersama matinya Mesias dan dosanya.


Sering kali juga diantara kita, saat kita terjatuh dalam dosa dan kesalahan, saat kita terjatuh dalam kelemahan kita, kita merasa lagi tidak layak, merasa putus asa dan kehilangan semangat dan pengharapan kita, kita meninggalkan pekerjaan Tuhan, kita meninggalkan Alkitab kita dan jam-jam doa kita. Ada juga yang melihat orang lain, misalkan seperti pendeta atau orang tua atau orang yang kita segani berbuat salah atau dosa. Melihatnya terjatuh dalam kekelaman, dan membuat kita sedih dan kehilangan harapan dan berakhir dengan keputusan untuk meninggalkan pelayanan dan ibadah, tidak lagi berdoa dan membaca Alkitab. Sungguh naif jika kita berbuat seperti itu.


PENUH KELEMAHAN


Petrus yang menjadi pemimpin dari teman-temannya, yang melahirkan gereja dan membawa gereja kudus dihadapan Allah sampai hari ini, bukanlah seorang yang sempurna. Ia penuh dengan kekurangan, kelemahan dan ketidak mampuan, memiliki kesalahan, bahkan kesalahan yang luar biasa. Tetapi sungguh luar biasa pula. Petrus si lemah, yang merasa sangat bersalah dan tidak berguna karena masa lalu yang ia menyangkal Tuhan, ternyata Alkitab menjelaskan Tuhan tetap melengkapi Petrus sebagai rasul yang memimpin para rasul lainnya dalam membangun gereja Tuhan di muka bumi ini. Posisinya tidak diganti oleh rasul yang lain atau siapapun.


Aku menyangka dalam kebingunganku: "Aku telah terbuang dari hadapan mata-Mu." Tetapi sesungguhnya Engkau mendengarkan suara permohonanku, ketika aku berteriak kepada-Mu minta tolong. (Mazmur 31:32)


Banyak orang beranggapan, seorang jika telah bersalah ia telah cacat, seorang yang telah berbuat jahat dan dipenjara, saat keluar dari penjara ia dimata masyarakat adalah sorang bekas napi, seorang yang memiliki catatan buruk. Banyak orang merasa saat perjalanan hidupnya penuh dengan lembar hitam, ada catatan dosa-dosa besar yang diperbuat, walau ia yakin Tuhan mengampuni, tetapi rasa bersalah ini membuat ia tetap merasa sebagai orang yang telah cacat dalam perjalanan hidupnya. Jangan menghukum diri sendiri, itu tipu daya setan (Kolose 3:23). Yudas sama-sama berbuat dosa, mengkianati Yesus dan juga sama-sama menyesal, tetapi Yudas menghukum diri sendiri dengan mati mengantung diri (Matius 27:3-4), sampai jatuh dan perutnya pecah (Kisah Rasul 1:18).


Tidak ada manusia yang sempurna didunia saat ini. Belum ada yang telah mencapai kesempurnaan ilahi, termasuk rasul Paulus (Filipi 3:12-13) sehingga tidak lagi pernah jatuh dan berbuat dosa. Karena kita semua dikurung oleh Tubuh Maut (Roma 7:21-24), kita masih dapat jatuh dalam kesalahan. Tetapi kita harus tahu, bahwa Allah sangat mengasihi kita dan tidak akan membiarkan kita tetap jatuh dan tergeletak. "Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana." Amsal 24:16.


Dihadapan Tuhan, seorang yang telah bertobat, walau seburuk apapun dosanya, walau sekelam apapun masa lalunya, tidak ada satupun yang diingat Allah selain lembar putih yang bersih tanpa noda atau bekas noda. Pengampunan dari Allah adalah melupakan dan tidak membangkit-bangkitkan kesalahan masa lalu, sebab semua kesalahan itu tidak ada lagi oleh karena darah Kristus.


Marilah, baiklah kita berperkara! -firman TUHAN-Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. (Yesaya 1:18)


Petrus telah menyangkal Kristus, tetapi Petrus menyesalinya dan kuasa pengampunan dosa itu menaunginya sehingga walau ia lemah dan bersalah, kemurahan Allah telah membuatnya berdiri dihadapan Allah tanpa cacat, noda dan kerut. (Efesus 5:27, I Korintus 1:8).


RENCANA-NYA TIDAK PERNAH GAGAL


Rencana Allah atas hidupnya juga tidak berubah, Petrus tetap sang batu karang, dimana gereja Tuhan akan dibangun olehnya (Matius 16:18). Saat Yesus bangkit, kembali Yesus mengingatkan tugas Petrus untuk membangun gereja bersama para rasul yang lainnya.


Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." (Yohanes 21:15)


Tuhan tahu isi hati manusia (Yohanes 2:25), Tuhan tahu saat Petrus mengatakan "Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak." Petrus mengatakan dengan sungguh dari hatinya. Petrus bersungguh-sungguh berusaha mengasihi Tuhan, lebih dari yang lainnya. Karena itulah saat pertama kali Yesus bertanya, Yesus berkata, "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Petrus diingatkan akan kerinduan dan pengharapannya sebelum ia terjatuh didalam kelemahan.


Jawaban Petrus yang pertama diulang oleh Tuhan Yesus kedua dan akhirnya sampai ketiga kalinya. Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku. (Yohanes 21:17). Tuhan bertanya sampai tiga kali, sampai Petrus merasakan kesedihan dan mengingatkan akan tiga kali ia menyangkalNya. Diawali dengan kata-kata "Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak." saat Petrus diperingatkan akan tiga kali menyangkal sebelum ayam berkokok, demikian Yesus mengawali pertanyaannya dengan kata "... lebih dari mereka ini". Dan juga tiga kali Petrus menyangkal di pagi hari sebelum ayam berkokok, demikian juga Yesus pagi hari itu bertanya tiga kali yang membuat hati Petrus sedih dan mungkin sekali Petrus mengingat kembali rasa putusasanya saat ia telah berdosa dan yang membuatnya memutuskan kembali menjadi nelayan.


Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka. (Mazmur 147:3)


Tuhan tahu Petrus sangat terpukul dengan dosanya dan ia merasa tidak lagi sebaik dahulu, ia tidak lagi merasa bersemangat seperti dulu, ia tidak lagi merasa layak melakukan pekerjaan-pekerjaan besar yang dia impikan saat bersama Yesus (Yohanes 14:12). Karena itulah maka Allah yang membalut luka-luka dan menyembuhkan yang patah hati, tidak membiarkan Petrus terbiasa dengan penyesalannya, tidak membiarkan Petrus terbiasa suam-suam, dengan membuka lukanya agar dapat dibalut.


Perhatian Allah terhadap Petrus yang patah hati terlihat sejak berita kebangkitan Yesus dari malaikat di kuburNya, tertulis khusus disampaikan kepada Petrus. "Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu." Markus 16:7. Agar Petrus tahu, Tuhan-nya bangkit untuknya, ia tidak mati dan pengharapannya masih tetap ada. (Saat itu hanya Petrus yang terpukul hatinya dengan dosa saat menjelang kematian Yesus).


Setalah Petrus merasakan kembali kesedihannya yang lama, Yesus mengajaknya berbicara berdua (Yohanes 21:19-20) untuk menguatkan imannya agar ia dapat mengenapi apa yang dikatakan Yesus dalam Lukas 22:32, "tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu."


Saat kita terjatuh dalam dosa, dan saat kita menyesal dan bertobat. Allah akan mengampuni dosa-dosa kita, mengangkat kita dan menghibur kita. Ia membalut luka-luka kita dan menguatkan kita sehingga kita menjadi kuat kembali.


Tetapi Allah tidak menginginkan kita menyimpan kepahitan, menyimpan penyesalan dan kepedihan itu didalam hati kita. Sering kali orang beriman, menyimpan penyesalannya dan kesedihannya didalam hati yang terdalam. Tuhan ingin semua itu terbongkar keluar dan hati kita bersih dari semua rasa besalah, bersih dari semua kepahitan dan bayangan akan kekelaman masa lalu.


Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah, sebab jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu. Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah, (Yohanes 3:19-21)


Jangan biarkan hati kita mempermainkan kita. Jangan biarkan kita duduk dibangku gereja, melayani pekerjaan Tuhan, berdoa dan membaca Alkitab dalam keadaan hati yang menyimpan kekelaman. Menyimpannya ditempat paling dalam di dalam hati yang suatu saat Iblis akan memakainya untuk menuduh kita dan membuat kita patah semangat dan lemah kembali. Petrus hari itu melepaskan segala kekelaman hatinya, segala penyesalan dan rasa bersalahnya.


Pada saat Roh Kudus turun, dan ia memperolah kuasa yang besar dan karunia Roh Kudus ia mengajar banyak orang (Kisah Rasul 2:38-41), mengadakan mujizat (Kisah Rasul 5:15-16) dan membangun gereja Tuhan dan yang sampai hari ini kita lihat gereja di mana-mana, semua adalah buah dari tugas Petrus bersama dengan para rasul melakukan kehendak Kristus. Tidak ada yang berkurang dari mata Allah sebelum Petrus jatuh dan sesudah Petrus jatuh, tidak ada yang berkurang dari rencana Allah terhadapnya.


DIMULAI DARI KETIDAK SEMPURNAAN


Memang didalam perjalanan hidup tidak semuanya indah dimata kita, tetapi kita harus tahu, bahwa segala sesuatunya Tuhan janjikan akan menjadi indah pada saatnya. Pengkotbah 3:11, "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir."


Dari awal sampai akhir, kita melihat bahwa Allah bekerja membuat sesuatu yang tidak sempurna menjadi sempurna. Petrus yang lemah diolah menjadi Petrus yang luar biasa di jaman para rasul. Membuat sesuatu yang tidak baik menjadi baik, membuat segala sesuatunya indah. Memang pada awalnya terlihat tidak baik, tetapi lewat proses Allah membuat itu menjadi sempurna. Allah tidak menciptakan sesuatu yang sempurna sejak mulanya, Petrus bukan superman tetapi Ia membuat Petrus sempurna melalui proses.


Demikian juga hidup kita, disekitar kita kita lihat berbagai macam kekurangan, kelemahan dan ketidak sempurnaan hidup. Kita melihat pasangan hidup kita penuh dengan kekurangan, kita melihat kesalahan-kesalahan orang tua kita, kita melihat kenakalan anak-anak kita, kita melihat para pemimpin dan pendeta yang hidup didalam kelemahan dan kita merasakan pahitnya hubungan dengan teman, sahabat bahkan saudara. Kita melihat kekurangan dan kelemahan kita, kita melihat diri kita dan malu mengharapkan perkara yang mulya dari Allah. Kita lebih memilih duduk dibangku gereja dan pulang. Kita lebih memilih diam dan bungkam. Tetapi sesungguhnya setiap dari kita Allah merencanakan perkara yang indah. Kita semua direncakan untuk mencapai kesempurnaan, hidup didalam kekudusan seperti yang dikatakan oleh Firman Tuhan.


"Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Matius 5:48)


Apakah dosa, kejatuhan, kelemahan dan kesalahan kita yang lalu-lalu menghalangi kita berharap hidup didalam kesempurnaan? Apakah kita takut mengharapkan sesuatu yang terlalu besar bagi kita? Sempurna bukan sesuatu yang terlalu besar, sebab memang haruslah demikian. Jika saat ini kita melihat hidup kita didalam kelemahan, kekurangan dan ketidak berdayaan. Mungkin kita sakit, mungkin kita miskin, mungkin kita bodoh dan sekolah tidak selesai, mungkin kita tidak bisa apa-apa, mungkin kita telah berumur, mungkin kita lemah dan sering jatuh bangun, mungkin kita mantan pendosa, tetapi rencana Allah tidak memandang masa lalu kita dan memandang kondisi jasmani, rencana Allah tetap adalah menjadikan kita kudus dan tak bercacat cela dihadapanNya. Ia menghendaki kita hidup sempurna. Sempurna itu bukan datang dengan sendirinya, tetapi sempurna itu sebuah proses. Filipi 3:13, mengajarkan kepada kita bahwa kita harus mengejarnya, melupakan apa yang dibelakang kita, melupakan semua kekelaman hidup masa lalu, dan mengarahkan diri pada apa yang ada didepan kita. Rencana yang harus kita genapkan, seperti Petrus dengan dosa dan kekelamannya, ia bangkit untuk menggenapi rencananya.


JANGAN TINGGAL DIDALAM KELEMAHAN


Banyak umat Kristen tertipu oleh Iblis, mereka merasa aman jatuh bangun dalam dosa. Mereka merasa darah Kristus telah menghapus dosanya dan ia merasa baik-baik saja saat ia jatuh dan bangun dan jatuh lagi dan bangun lagi. Apalagi setelah mendengar ulasan tentang Petrus yang lemah dan jatuh dalam dosa tetap dipakai untuk menggenapi rencana Allah. Jangan bodoh. Allah tidak dapat dipermainkan.


Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. (Galatia 6:7)


Tuhan melihat hati kita, saat kita jatuh dan bertobat minta ampun, didalam hati kecil kita masih menyimpan keinginan untuk kembali berdosa, maka dihadapan Allah, kita sama sekali tidak menyesal dan Yesus tidak akan mempercayakan diriNya kepada mereka yang berbuat seperti itu (Yohanes 2:23-25).


Mungkin saat ini aman-aman saja dengan keadaan kita, dengan kelemahan kita. Jatuh bangun tanpa berkeinginan untuk mengejar kesempurnaan yang seharusnya menjadi perlombaan iman. Yang membiarkan hati ini penuh dengan kekelaman maka saatnya hari Tuhan datang dengan tiba-tiba dan penyesalan kita tidaklah berguna lagi (Lukas 21:34).


Ingatlah apa yang dikatakan oleh Samson, Lalu berserulah perempuan itu: "Orang Filistin menyergap engkau, Simson!" Maka terjagalah ia dari tidurnya serta katanya: "Seperti yang sudah-sudah, aku akan bebas dan akan meronta lepas." Tetapi tidaklah diketahuinya, bahwa TUHAN telah meninggalkan dia. Hakim-Hakim 16:20


Demikian saat ini, mari kita melihat bahwa memang dunia ini tidak sempurna, memang semua orang memiliki kelemahan dan kekurangan, memang kita masih dapat jatuh dalam dosa. Tetapi didalam kelemahan kita sekarang, kita belajar untuk melihat bahwa Tuhan sedang merenda hidup kita. Kita tidak tahu apa yang dikerjakan oleh Allah dari awal sampai akhir, tetapi kita tahu, bahwa ia menjadikan segala sesuatunya baik dan indah pada saatnya. Walau kita harus jatuh tetapi tidak akan tergeletak, kita akan bangkit kembali dan kita akan berjalan tetap mengikut langkah Kristus sampai kepada kesempurnaan yang dijanjikannya.


Amin

0 Comments:

Post a Comment

<< Home