Catatan Kotbah

Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (2 Timotius 3:16)

Friday, February 24, 2006

Katakan Sejujurnya

TERKAM, 23 Februari 2006

"Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat". (Matius 5:37)

Berapa sering kita dihadapkan kepada pilihan untuk berkata sebenarnya atau berkata dusta. Berapa sering juga kita lebih memilih berkata dusta dari pada mengatakan sebenarnya. Bahkan beberapa orang sudah bukan lagi menjadi sebuah pilihan untuk berkata dusta. Dalam dunia hal ini dianggap wajar dan alamiah, tetapi tidak bagi Tuhan!

"Orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang berlaku setia dikenan-Nya". (Amsal 12:22)

KEBOHONGAN MEMBAWA MAUT
Kelihatannya dusta dan bohong tidak berdampak apa-apa, bahkan sebaliknya malah menjadi penyelamat disetiap persoalan. Tetapi, sebenarnya pada saat anda berkata dusta atau bohong, si jahat telah mendapat bagian dalam hidup anda (Matius 5:37). Bukankah Efesus 4:27 berkata, “jangan beri kesempatan kepada Iblis.”, mengapa malah kita memberi tempat bagi si jahat untuk melakukan kehendaknya?

Tahukah anda bahwa Iblis itu adalah pembunuh manusia (Yohanes 8:44)? Kebohongan yang sering diucapkan akan membawa kita kepada maut, sebab Firman Tuhan mengatakan bahwa pendusta itu tempatnya di neraka kekal (Wahyu 21:8). Tidak bisa ditawar lagi, pasti dibinasakan dalam neraka kekal (Mazmur 5:7). Iblis tahu hal ini, karena itu ia membuat kata-kata dusta itu mujarap dan menjadi seperti penyelamat disetiap persoalan kita, “Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang”, kata 2 Korintus 11:14. Jangan menyangka jalan keluar dari si jahat lewat dusta itu tanpa akibat.

Satu kali kita bebohong dan itu membuat persoalan selesai, kedua kali dan ketiga kali kita menjadi semakin biasa, kempat kali dan keseratus kali kita sudah mahir, keseribu kalinya kita telah menjadi pendusta yang cakap. Mungkin bukan setiap perkara kita berkata dusta, tetapi dusta telah menjadi juru penyelamat disetiap persoalan kita. Anda bisa berkata “saya bukan pendusta” tetapi tanpa disadari, saat ada memberi tempat kepada Iblis, ia telah bekerja dengan sangat halus dan tahu-tahu anda telah berada di seberang jurang yang tak terpisahkan (Lukas 16:26, Amsal 14:12). Berhati-hatilah dengan mulut ini. Amsal 18:21 mengatakan bawah hidup dan mati dikuasai oleh lidah, karena itu Raja Daud dalam kuasa Roh Allah mengatakan, "Ya TUHAN, lepaskanlah aku dari pada bibir dusta, dari pada lidah penipu." (Mazmur 120:2) karena ia tahu bahwa dusta itu membawa kepada maut. Baca juga Yakobus 3:6.

KEBOHONGAN YANG SUCI
Beberapa orang menyangka bahwa tidak semua dusta itu keji dihadapan Tuhan dan membawa maut. Beberapa orang menyebutnya dengan bohong putih atau bohong kudus seperti yang dilakukan olah orang-orang dalam perjanjian lama. Contohnya Abraham berbohong soal istrinya kepada raja Gerar (Kejadian 20:1-18), Daud berbohong kepada raja Filistin seakan ia gila (1 Samuel 21:10-15) dan mereka lolos dari persoalannya. Beberapa orang menganggap boleh berdusta asalkan untuk kebaikan, kebenaran atau kepentingan bersama, apalagi demi Tuhan.

Sudikah kamu berbohong untuk Allah, sudikah kamu mengucapkan dusta untuk Dia?” (Ayub 13:7) kata Ayub saat membela diri dihadapan taman-temannya.

Ayat tersebut seakan-akan kita diperbolehkan untuk berdusta demi Allah demi kebenaran, dusta yang suci namanya. Tetapi jika kita baca ayat selanjutnya Ayub 13:8-10 menuliskan, “Apakah kamu mau memihak Allah, berbantah untuk membela Dia? Apakah baik, kalau Ia memeriksa kamu? Dapatkah kamu menipu Dia seperti menipu manusia? Kamu akan dihukum-Nya dengan keras, jikalau kamu diam-diam memihak.

Apakah pantas kita memakai nama Allah untuk melakukan dusta jika kita tahu Firman Tuhan diatas tersebut? Pantaskah kita membelaNya dengan kata-kata dusta? Jika kita menggunakan alasan kebenaran atau kebaikan lalu kita berbohong kepada manusia itu sama saja kita sedang mendustai Allah. Allah jijik melihat kata-kata dusta dan bohong (Amsal 12:22), tetapi dengan seenaknya kita berdusta kepada manusia demi kebaikan seakan Tuhan dapat memaklumi perbuatan kita tersebut. Dapatkah Allah dibohongi? Atau sebaliknya, kita yang dibohongi Iblis.

Berbohong untuk kebenaran itu adalah tipu muslihat dari iblis. Bohong putih itu tipu daya si jahat. Jangan mau tertipu. Stop dusta apapun itu bentuknya.

Aku menulis kepadamu, bukan karena kamu tidak mengetahui kebenaran, tetapi justru karena kamu mengetahuinya dan karena kamu juga mengetahui, bahwa tidak ada dusta yang berasal dari kebenaran”. (1 Yohanes 2:21)

KETERANGAN ABRAHAM DAN DAUD
Daud berbuat bohong kepada Raja Filistin bukan berarti dibenarkan oleh Allah. Itu tetap dosa walaupun mereka hidup dalam Wasiat Lama. Imamat 19:11 mengatakan, “Janganlah kamu mencuri, janganlah kamu berbohong dan janganlah kamu berdusta seorang kepada sesamanya.” Itu adalah hukum Taurat yang berlaku pada masa itu. Akibatnya terasa sampai sekarang, Filistin adalah satu-satunya negri ditengah Israel yang tidak dapat dikuasai oleh Daud bahkan Sulaiman dan sampai hari ini Palestina merupakan bagian kecil di tengah-tengah Israel yang tidak dapat dikuasai. Itu akibat dari dosa yang dilakukan Daud kepada Raja Filistin. 2 Samuel 21:15 menuliskan bahwa peperangan dengan Filistin sampai membuat Daud letih lesuh. Hal ini tidak tertulis pada peperangan dengan bangsa lainnya.

Abraham sebenarnya bukan berdusta, tetapi tidak berterus terang. Ia tidak berbohong saat mengatakan bahwa Sara itu sudaranya, sebab memang ia saudara tirinya dari lain ibu. Hal ini dijelaskan dalam Kejadian 20:12, “Lagipula ia benar-benar saudaraku, anak ayahku, hanya bukan anak ibuku, tetapi kemudian ia menjadi isteriku.” Walaupun salah telah menggandalkan kekuatannya sendiri tetapi Abraham tidak berdusta. Matius 10:16, kita harus cerdik tetapi tidak mencari jalan keluar yang tidak diperkenan Tuhan seperti dusta.

HATI PENDUSTA
Mereka berkata dusta, yang seorang kepada yang lain, mereka berkata dengan bibir yang manis dan hati yang bercabang.” (Mazmur 12:3)

Kata-kata dusta itu lahir dari hati yang bercabang. Hati bercabang itu adalah hati yang tidak menetap, kadang mencintai Allah, kadang mencintai dunia. Kadang berseru pada Tuhan kadang mencari pertolongan dari dunia bahkan dari paranormal, peramal, dukun dll. Orang seperti ini akan mudah dikerjai oleh si jahat. Matius 5:37 mengatakan jika kita tidak berkata jujur maka sisanya itu berasal dari si jahat.

Jangan mendua, orang seperti itu Yakobus 1:8 katakan tidak tenang hidupnya. Hatinya akan sering gelisah, tidak ada damai sejahtera. Walau tertawa hati bisa merana (Amsal 14:13).

Seseorang berdusta karena dia mengira dari dusta maka persoalannya menjadi beres, dengan dusta maka tujuannya dapat tercapai. Tetapi sebenarnya ia sedang berusaha dengan kekuatannya sendiri (Yeremia 17:5) dan bahkan dengan caranya Iblis. Mereka menjadi kaki tangannya si jahat untuk melakukan lebih banyak kelaliman. Jangan mau dipakai sebagai senjatanya Iblis (Roma 6:13) bukan kebaikan yang akan kita terima tetapi celaka. Ingat ia adalah pembunuh dan itu tujuannya (Yohanes 8:44).

Kalau kita yakin bahwa Allah itu penolong kita (Mazmur 54:6), jangan lagi bercabang hati. Tetapkanlah hati kita dan bertindak dengan iman, sebab Firman Tuhan telah jelas bahwa dengan berkata benar kita tidak akan celaka, malah sebaliknya meraka yang berbohong yang akan binasa (Amsal 19:9).

“…, siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya." (Mazmur 50:23b)

Banyak orang berpikir bahwa dengan berkata jujur maka akan celaka, karena itu lebih baik berbohong. Mereka yang berfikir seperti itu sedang digarap oleh si jahat. Firman Tuhan jelas mengatakan bahwa pertolongan dari Allah selalu tersedia bagi orang jujur, Tuhan sendiri yang menjadi pembela mereka (Amsal 2:7). Jika kita yakin hal ini, mengapa harus berdusta? Jika Tuhan pasti memberi jalan keluar dan pertolonganNya bahkan Ia menjadi pembela kita saat kita berkata jujur, mengapa harus takut lagi berkata jujur? Jangan beri kesempatan pada si jahat. Jangan hati kita mendua dan ragu akan Firman Tuhan dan kuasa Allah, lalu mencari jalan keluar dari si jahat. Celaka! Stop dusta!

“Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!” (Yakobus 4:8)

Hati ini harus disucikan dari perkara dosa dan dunia. Jika hati kita penuh dengan sampah dunia ini jangan heran jika kita sering mendua hati dan tidak tetap kepada Allah. Jangan biarkan dunia ini masuk dalam hati kita (1 Yohanes 2:15-16), jangan biarkan filsafa dosa tinggal dalam hati kita. Inilah kuncinya, “Jagalah hatimu dengan segela kewaspadaan karana dari situlah terpancar kehidupan.” (Amsal 4:23).

Salam,
Leonardi

0 Comments:

Post a Comment

<< Home