Catatan Kotbah

Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (2 Timotius 3:16)

Monday, March 19, 2007

Raksasa Dalam Alkitab

Tentang raksasa di jaman Nuh memang tidak mudah menjelaskan secara detil, sebab kurang lengkapnya Alkitab menuliskan tentang hal-hal seperti itu. Inti yang harus kita pahami, bahwa Alkitab itu bukan buku sakti atau ensiklopedi yang menjawab semua misteri di dunia ini. Alkitab mulai dari Kejadian sampai Wahyu adalah surat cinta Allah kepada manusia, tentang janji-janjiNya kepada kita akan keselamatan dan kehidupan kekal. Lebih dari itu tidak tertulis dalam surat cinta dari Allah tersebut. Ulangan 29:29 menegaskan kalau ada hal-hal yang tersembunyi, ada hal yang dinyatakan, dan yang dinyatakan oleh Allah itulah untuk kita. Pengkotbah 8:16-17 menjelaskan juga, walau manusia berusaha mengetahuinya tetapi tidak semua dapat diketahui, yang ada hanya orang yang mengaku-ngaku mengetahui saja.

Orang Raksasa

Tentang raksaksa, dalam Alkitab ditulis pertama kali dalam Kejadian 6:4. Orang raksasa tersebut, ditafsirkan bahwa keberadaan mereka disebabkan karena mutasi kromosom secara permanen dan menurun yang ditimbulkan dari perkawinan satu keluarga / sedarah (mutasi tersebut dapat dibuktikan secara medis). Dalam ayat tersebut juga menceritakan ada istilah yang menyebutkan anak manusia dan anak Allah. Berikut yang dapat saya jelaskan tentang mereka:

Pada saat Adam dan Hawa keluar dari Taman Eden dan Allah mulai menghitung umur mereka, meraka mulai berkembang biak dengan memiliki anak. Alkitab hanya mencatat nama anak laki pertama (sulung) saja, sedangkan anak laki lainnya dan perempuan tidak dicatat baik nama dan jumlahnya (Kejadian 5:4). Hidup mereka rata-rata mencapai usia 1000 tahun, dan pada usia kurang dari 100 tahun mereka biasanya menikah dan memiliki anak. Dalam Kejadian 2:24 disana sebutkan kalau seorang pria menikah maka ia akan meninggalkan ayah dan ibunya untuk bersatu dengan istrinya. Pada saat itu mereka berpisah dan membentuk keluarga sendiri dan mencari tempatnya sendiri. Demikian seterusnya kecuali anak sulung mereka. Selama ratusan tahun usia mereka dengan campur tangan Allah, dapat anda membayangkan berapa banyak anak yang dapat mereka lahirkan dari seorang manusia, demikian juga dengan anak-anak mereka dan cucu-cucu meraka dan keturunan berikutnya yang masing-masing mereka dapat mencapai usia 1000 tahun. Karena itu bumi dalam tempo singkat dapat segera penuh.

Pada saat itu, perkawinan antar keluarga sedarah tidak dilarang dan malah hal itulah yang terjadi. Kain waktu menjadi pelarian, ia tidak sendiri, kain bersama dengan istrinya yaitu saudaranya perempuan dan menetap di tanah Nod (Kejadian 4;16-17). Demikian juga dengan Set, ia menikah dengan saudara perempuannya dan juga adik-adiknya dan anak-anaknya dan cucu serta keturunannya, bahkan sampai jaman Yakub hal ini masih terjadi perkawinan antar sanak saudara (Kejadian 24:4). Baru setelah jaman Musa, lewat hukum Taurat hal ini dilarang oleh Allah (Imammat 18).

Dewasa ini, ilmu kedokteran membuktikan bahwa perkawinan satu keluarga / sedarah dapat menimbulkan kerusakan kromosom atau bahasa lainnya mutasi kromosom. Mutasi ini ada yang baik dan juga berdampak buruk. Perubahan kromosom tersebut tidak dapat di prediksi, tetapi mutasi tersebut benar-benar dapat terjadi.

Karena hal tersebutlah maka keberadaan raksaksa di perkirakan karena mutasi kromosom yang terjadi karena perkawinan satu keluarga / sedarah dan bersifat permanen dan menurun. Kejadian 6:4 tersebutkan kalau mereka dilahirkan menjadi raksaksa dan ukuran raksasa ini turun temurun.

Anak Allah dan Anak Manusia

Kejadian 6:4 juga menjelaskan kalau raksasa itu terlahir dari perkawinan antara anak Allah dengan anak manusia. Kalimat tersebut seakan ada dua mahluk, anak manusia seperti kita dan anak Allah seperti dewa-dewi dalam metologi Yunani atau Romawi atau China. Siapa sebenarnya meraka?

Anak Allah

Istilah anak Allah dapat dilihat dalam tiga bagian masa berbeda yang sebenarnya semuanya menggambarkan hal yang sama. Pertama adalah pada masa sebelum dikeluarkannya Perjanjian Allah dengan Abraham, kedua setelah adanya Perjanjian Allah dengan Abraham dan ketiga setelah Perjanjian itu sempurnakan didalam Yesus Kristus.

1. Masa Adam
Pada masa sebelum perjanjian dengan Abraham itu diturunkan, mereka yang disebut anak Allah adalah keturunan Adam, tetapi bukan semua keturunan Adam. Hanya keturunan Set yang disebut sebagai anak Allah. Kain, putra sulung telah diusir dan menjadi orang buangan, namanya tidak lagi dalam daftar keturunan sulung Adam dalam Kejadian 5:1-32.

Adam melahirkan Set, Set melahirkan Enos, dan sejak Enos inilah nama Yahweh mulai disebutkan (Kejadian 4:26) dan sejak saat itu keturunannya disebut sebagai anak Allah (Lukas 3:38). II Korintus 6:16-18 menjelaskan bahwa mereka yang disebut sebagai anak Allah adalah mereka yang menjauhkan diri dari kenajisan dan beribadah kepada Allah. Sejak keturunan Enos, mereka beribadah kepada Allah dengan menyebut nama Yahweh. Bahkan Henokh diceritakan begitu karib baribadah dengan Allah sehingga ia diangkat oleh Allah ke Surga (Kejadian 5:22-24) seperti Nabi Elia. Sampai jaman Nuh, anak Allah tetap tetap beribadah kepada Allah (Kejadian 6:9).

2. Masa Abraham
Sejak perjanjian Allah dengan Abraham diturunkan, maka mereka yang
disebut sebagai anak-anak Allah adalah keturunan ahli waris Abraham, keturunan umat yang beribadah kepada Allah (Kejadian 17:7). Abraham memiliki dua orang putra, seorang bernama Ismail dari gunduknya, Hagar dan satu lagi bernama Ishak dari Sara, istrinya. Firman Tuhan dalam Roma 9:6-8 dengan jelas mengatakan bahwa yang disebut anak Allah bukan semua keturunan Abraham, melainkan hanya keturunan Ishak, sebagai ahli waris yang disebut sebagai anak Allah. Bangsa Israel disebut juga sebagai anak Allah (Keluaran 4:22) karena mereka keturunan ahli waris Abraham.

3. Masa Kristus
Demikian juga pada masa setelah Kristus lahir, perjanjian Allah dengan Abraham disempurnakan didalam Kristus (kita sebut dengan Perjanjian Baru, Yeremia 31:31-34) dan semua orang yang percaya didalam nama Putra Allah, Yesus Kristus mendapat kuasa untuk menjadi anak Allah (Yohanes 1:12
) dan menjadi ahli waris dari janji Allah (Roma 8:15-17). Sehingga secara rohani kita orang beriman walau bukan keturunan Abraham secara jasmani (Galatia 3:7), adalah juga anak-anak Allah (Galatia 3:26), yang hidupnya terpisah dari dunia ini (1 Yohanes 3:1). Pemakaian kata dunia dalam FirmanNya menunjukan perbedaan seperti istilah anak Allah dengan anak manusia. Demikian juga ternyata tidak semua orang kristen dapat disebut sebagai anak Allah.

Anak Manusia

Jika keturunan Set disebut anak Allah, maka mereka yang disebut sebagai anak manusia adalah mereka yang menjadi keturunan Kain. Sama seperti Set, Kain juga berkembang biak dengan cepat dan meluas. sebagai orang buangan (Kejadian 4:11-14), dan terlepas dari garis waris ilahi (sejak ia kehilangan hak sulung dan digantikan oleh Set). Anak manusia pada masa sekarang ini kita sebut mereka orang dunia (untuk mereka yang tidak memiliki Kristus dalam hidupnya) dan pada masa Musa disebut sebagai bangsa kafir. Sementara itu perkawinan dalam keluarga telah menjadi tradisi mereka sehingga keluarga Set dan keluarga Kain tidak saling menikah sampai jaman Nuh.

Dalam Kejadian 6:1-6 diceritakan terjadi perkawinan antara anak Allah dengan anak manusia, dan diantara mereka melahirkan keturunan raksasa. Jika kita melihat kembali usia mereka pada masa itu dengan menghitung mundur, usia Adam, saat melahirkan Set, Adam berusia 130 tahun, saat Set melahirkan Enos, Set berumur 150 tahun, dan saat Enos melahirkan Kenan, Enos berusia 90 tahun dan Kenan melahirkan Mahalaleel pada usia 70 tahun, Mahalaleel berusia 65 tahun melahirkan Yared. Yared berusia 162 tahun ia melahirkan Henokh dan Henokh pada usia 65 tahun melahirkan Metusalah. Metusalah pada usia 187 tahun melahirkan Lamek, ayah Nuh dan pada saat itu Adam baru berusia 919 tahun, sedangkan Alkitab mencatat usianya mencapai 930 tahun, berarti 11 tahun setelah Lamek lahir baru Adam mati. Enos mati pada usia 905 tahun, dan jika dihitung sama seperti diatas maka pada saat Nuh lahir ia berusia 819 tahun, dan pada saat Nuh berusia 86 tahun, Enos baru meninggal.

Dapat dibayangkan betapa bedanya kehidupan mereka dengan kehidupan kita. Budaya mereka dengan budaya kita. Keluarga mereka dengan keluarga kita yang hidup dijaman sekarang ini. Bukan suatu yang mustahil anak Adam dihari tuanya menikah dengan anaknya Kain pada jamannya Nuh. Atau anaknya Set menikah dengan anaknya Kain dan kemungkinan-kemungkinan lainnya pada jaman itu. Alkitab memang tidak menuliskan sampai umur berapa mereka terakhir melahirkan anak, tetapi kondisi fisik dan budaya pada saat itu jelas berbeda jauh dengan jaman kita sekarang. Kerana itu, tidak mustahil perkawinan antar saudara kandung atau dengan sepupu atau ponakan terjadi. Hal ini dapat memunculkan mutasi kromosom saat anak Allah menikah dengan anak manusia.

Demikian singkat tafsiran tentang keberadaan raksasa pada jaman itu, tentang anak Allah dan anak manusia yang pada kenyataanya sebenarnya semuanya adalah manusia, karena Kejadian 5:2 menyebutkan bahwa Allah yang memberi nama semua keturunan Adam dengan sebutan manusia. Jika kita perhatikan baik-baik Kejadian 6, cerita tentang anak Allah menikah dengan anak manusia, Allah sebenarnya menyebut semuanya, termasuk anak Allah dengan sebutan manusia (Kejadian 6:3,5-6). Kata anak didepannya adalah gelar rohani bagi mereka yang hidup dalam daging dan kata anak Allah bagi mereka yang beribadah kepada Allah, tetapi keduanya adalah manusia.

Semoga sedikit ini dapat mencerahkan. Sebaiknya mari kita melihat Perjanjian Lama bukan secara hurufiah saja tetapi dengan membuka selubungnya (2 Korintus 3:15-16) sehingga kita dapat menerima pesan cinta yang tertulis didalamnya sebagai janji Allah untuk kita.

Amin

0 Comments:

Post a Comment

<< Home